Medan, PONTAS.ID – Ada satu pemandangan yang sangat menyentuh manakala Calon Wakil Gubernur Sumut yang diusung PDI Perjuangan Sihar Sitorus melakukan blusukan ke pasar tradisional Aek Nabara, Rantauprapat, Labuhanbatu, Sumut pada akhir pekan kemarin. Saat sedang berjalan kaki menelusuri jalan lintas Aek Nabara Negeri lama, Sihar menyempatkan berhenti untuk menikmati minuman dingin cendol.
Jika biasanya Sihar singgah ditemani puluhan relawan, kali ini Sihar hanya masuk ke warung tersebut ditemani salah seorang stafnya. Sihar duduk di depan seorang perempuan muda yang sedang menikmati cendol. Perempuan itu kemudian diketahui bernama Mayani Rumapea, warga Kecamatan Pangkalan, Kampung Padang. Usai berkeliling di pasar tradisional Aek Nabara, Rantauprapat, Labuhanbatu Selatan (Labusel), Sumatera Utara (Sumut), Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumut Sihar Sitorus berjalan kaki menelusuri jalan lintas Aek Nabara negeri lama.
Di warung tenda itu Sihar duduk dan meminta segelas cendol dingin. Sihar duduk dihadapan seorang perempuan muda yang juga sedang menikmati segelas cendol. Sihar pun menyapa perempuan yang diketahui bernama Mayani Rumapea. Perempuan warga Kecamatan Pangkalan, Kampung Padang itu ternyata seorang guru honorer yang mengabdi di salah satu sekolah Dasar di Kampung Bangun Kecamatan Kampung Rakyat Labusel.
Setelah memperkenalkan dirinya, guru honorer itu menceritakan bahwa sebagai guru honorer, perbulannya ia mendapatkan gaji Rp 800 ribu. Mayani mengatakan, jika dilihat dari ukuran kebutuhan hidup, maka honor tersebut tidaklah cukup.
Karena itu, dia setiap bulannya ditopang bantuan dari oppung nya agar dapat mengabdi sebagai guru. “Saya harus terus mengabdi, karena saya guru. Kalau dari segi pendapatan sangat kurang. Tetapi saya punya tanggungjawab moral untuk terus mengajar,” katanya, Sabtu (10/3) dihadapan Sihar.
Mayani berharap, agar pemerintah membantu operasional mereka. Sebab mereka adalah tenaga pengajar yang mengabdikan diri untuk para Siswa. “Kalau harapan kami, ada bantuan nantinya kepada kami pak. Agar kami dapat terus mengabdi. Mengabdi sebagai guru honorer untuk mendidik anak-anak di daerah Sumut,” ujarnya.
“Angka gaji kami itu sangat kecil, sehingga kami berharap kelak apabila Djarot-Sihar terpilih, mereka memikirkan nasib kami. Mungkin nanti kami bisa dibantu dari APBD Provinsi,” terangnya.
Menyikapi hal itu, Sihar mengatakan, mereka sedang mempersiapkan program pendidikan di daerah. Termasuk program pemaksimalan pengembangan dan memperjuangkan nasib para guru tersebut. Karena DJOSS berkomitmen membangun Sumut agar rakyat tidak bodoh, tidak lapar dan tidak sakit.
“Gimana rakyat pintar kalau gurunya tersiksa. Jadi ini akan kita perjuangkan bersama,” ujar Sihar.
“Karena dasar dari pendidikan ada pada guru yang menerapkan ilmu. Jika guru mengabdikan diri, maka kita harus menghargai pengabdian itu,” tandasnya