Di Forum PBB, Menteri LHK Ajak Dunia Hidup Harmonis dengan Alam

Jakarta, PONTAS.ID – Mewakili Presiden RI, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, berpartisipasi pada Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Keanekaragaman Hayati yang dilaksanakan di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU-PBB) ke-75, yang dilakukan dalam bentuk daring karena dunia masih dilanda pandemi, Kamis (1/10/2020).

Bertema “Urgent Action on Biodiversity for Sustainable Development”, pertemuan ini menyoroti urgensi tindakan pada tingkat tertinggi dalam mendukung Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Pasca 2020 yang berkontribusi pada Agenda 2030 dan mewujudkan Visi 2050 Keanekaragaman Hayati “Living in Harmony with Nature”.

“Kita harus senantiasa menjadikan bumi sebagai tempat yang layak bagi semua makhluk untuk hidup dengan harmonis. Untuk Indonesia, pendekatan One Health yang memadukan Healthy Environment, Healthy Animal dan Healthy People adalah pendekatan yang sesuai dengan kondisi global saat ini,” ucap Siti Nurbaya.

Pendekatan ini mendasari kebijakan Indonesia di bidang keanekaragaman hayati, antara lain penetapan sekitar 66 juta hektar dari 120 juta hektar kawasan hutan, atau 35% dari 190 juta hektar luas daratan, serta menetapkan 23,38 juta hektar atau 7,19% dari luas wilayah laut, sebagai kawasan yang dilindungi.

Indonesia juga menguatkan fungsi hutan nilai konservasi tinggi (HCVF, high conservation value forrest)  =di 1,34 juta hektar konsesi dan mengonsolidasikan habitat satwa yang terfragmentasi untuk keselamatan spesies.

Selain itu, Indonesia telah berhasil meningkatkan populasi beberapa spesies langka, antara lain Badak Jawa, Gajah Sumatra, Harimau Sumatra, dan Curik Bali. Indonesia juga telah mengembangkan 3 jenis bioprospeksi, yaitu Isolat bakteri Anti-frost; Anti-cancer; dan jamur bernilai ekonomi tinggi.

Pada Pertemuan tersebut, Siti Nurbaya mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk membangun Kerangka Kerja Sama Pasca 2020 dengan memperhatikan kemanfaatan bersama termasuk dukungan bagi negara berkembang dalam mobilisasi sumber daya dan transfer teknologi.

Selain itu, Menteri LHK juga mendorong dan memanfaatkan kawasan konservasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi ramah lingkungan dalam bentuk antara lain ekowisata, mandi hutan, terapi hutan, dan pengembangan tanaman obat dan material genetik lainnya.

Ini dilakukan melalui dengan mekanisme pembagian manfaat yang adil yang mengapresiasi kearifan masyarakat lokal terkait pemanfaatan informasi dan materi keanekaragaman hayati.

“Kita juga harus memperkuat pelaksanaan agenda global lainnya seperti Agenda 2030 dan Paris Agreement,” saran Siti Nurbaya.

Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Keanekaragaman Hayati adalah salah satu forum dalam rangkaian SMU PBB ke-75, berlangsung dari 21 September hingga 2 Oktober 2020. Karena kondisi pandemi, SMU PBB kali ini dilaksanakan secara hybrid. Pertemuan fisik di Markas Besar PBB di New York hanya dihadiri perwakilan negara berkedudukan di Amerika Serikat. Seluruh delegasi lainnya mengikuti pertemuan secara virtual.

Penulis: Abriyanto Mohammad

Editor: Riana

Previous articleLSM Soroti Kekosongan Kadis PUPR, Pemkab Banjar Salahkan Kemendagri
Next articlePertamina Dukung Tumbuhnya Pengusaha Millenial

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here