Jakarta, PONTAS.ID – Kondisi politik di dalam suatu negara, tentu sangat memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup seluruh industri yang berjalan di negara tersebut, tak terkecuali industri pariwisata yang menjadi andalan sumber devisa.
Tak terkecuali di Indonesia, dimana pariwisata menjadi sumber devisa terbesar kedua setelah crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit menurut Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya. Di tahun 2019 ini, pemerintah pun menargetkan devisa pariwisata mencapai 17 miliar dolar AS.
Namun kondisi politik Indonesia yang belakangan sedikit memanas, pasca adanya hasil Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu lalu, membuat industri pariwisata terancam terkena imbas.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), Nunung Rusmiati mengaku optimis situasi politik yang terjadi di Indonesia, khususnya terkait aksi demonstrasi soal hasil Pemilu 2019 di Jakarta, tidak akan berdampak pada sektor pariwisata.
“Tadi memang banyak pertanyaan, kan, itu sudah biasa ketika selesai pemilihan, sekarang lagi demokrasi. Saya meyakinkan kepada wisatawan bahwa Indonesia aman. Dan saya optimistis tidak akan berpengaruh,” kata Nunung, Jumat (24/5/2019).
Menurut dia, aparat keamanan masih bisa mengendalikan situasi ketegangan politik di Indonesia, yang dinilai wajar terjadi usai pelaksanaan Pemilu. Nunung berpendapat, kondisi ini hanya terjadi secara sesaat, sehingga dipercaya tidak akan mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara (wisman).
“Kita juga tahu aparat keamanan sudah siap (mengamankan), jadi Insya Allah tidak ada dampak,” ujarnya.
Nunung lantas mengungkapkan, bahwa ASITA memiliki 7 ribu anggota agen perjalanan yang tersebar di seluruh Indonesia, dan hingga pada saat ini belum ada laporan perihal dampak situasi politik terhadap kedatangan wisatawan.
Meski demikian, dia berharap kondisi keamanan pasca pengumuman resmi KPU segera kondusif dan tidak bertahan lama. Sebab dia mengingatkan, kondisi keamanan dan politik dalam negeri menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kedatangan wisman.
“Kita harus buktikan bahwa demonstrasi aman karena dengan situasi aman ini wisatawan tidak akan takut datang, terlebih Indonesia besar, pariwisata banyak pilihan,” tutur dia.
Ada Dampaknya
Hal berbeda diutarakan oleh Ketua Umum Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA), Wishnu HS Al Bataafi. Dimana dia mengatakan bahwa jelas kondisi politik terkini memiliki dampak terhadap tingkat hunian kamar.
Namun demikian dia berharap situasi politik di Jakarta segera kondusif agar tidak berdampak pada sektor pariwisata dan okupansi hotel.
“Pengaruhnya jelas ada, penurunan terhadap tingkat huni kamar dan revenue hotel. Tentunya berharap tidak berlarut-larut dan kembali normal,” kata Wishnu saat dihubungi terpisah.
Dia mengatakan, aksi demonstrasi yang terjadi di Jakarta berpengaruh terhadap okupansi hotel terutama di sekitar lokasi aksi. Wishnu berharap kejadian itu segera berakhir dan perekonomian Indonesia di sektor pariwisata khususnya okupansi hotel di Jakarta kembali normal.
“Khususnya di daerah dekat Bawaslu, seperti MH Thamrin, Sudirman, Jatibaru terpengaruh sekali terhadap wisatawan, sehingga wisatawan tidak berani berkunjung,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua ASITA Riau, Dede Firmansyah, yang mengungkapkan bahwa industri pariwisata terdampak dari kebijakan pemerintah yang membatasi penggunaan media sosial (medsos), akibat memanasnya kondisi politik.
Dia menuturkan, para pelaku industri pariwisata kerap menggunakan medsos seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan WhatsApp guna melakukan aktifitas promosi. Namun dengan adanya pembatasan medsos yang hingga saat ini masih diterapkan, promosi wisata pun menjadi terganggu.
“Tentu langsung dampaknya, karena kami biasa melakukan promosi itu di media sosial, kalau sekarang medsos down tentu kegiatan promosi ikut terhenti,” kata Dede.
Dia menegaskan, medsos menjadi salah satu saluran promosi yang efektif untuk menjaring pelanggan melakukan pemesanan tiket atau paket wisata. Melalui promosi seperti di WhatsApp, biasanya agen travel akan mengirimkan pesan promosi ke pelanggan tentang paket baru yang ditawarkan.
“Kemudian pelanggan akan merespons dengan bertanya lebih lanjut atau melakukan pemesanan langsung. Kami sarankan pemerintah membatasi akses medsos dengan konten tertentu saja, jangan semuanya diblok, karena akan merugikan pelaku bisnis,” ujar Dede.
Tunggu Pulih
Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Rudiantara pun belum menginformasikan secara detil kapan pemerintah akan mencabut pembatasan fitur pada aplikasi pesan dan medsos tersebut.
Dia hanya mengatakan bahwa fitur medsos maupun aplikasi pesan instan akan kembali normal ketika situasi sudah tenang.
“Kita sama-sama berdoa agar situasi segera pulih sehingga semua fitur media sosial maupun instant messaging (WhatsApp) bisa difungsikan kembali,” kata Rudiantara, Kamis (23/5/2019).
Keluhan mengenai errornya medsos di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama Jakarta, menarik perhatian banyak pihak. Belakangan diketahui, beberapa fitur media sosial seperti download dan upload media (foto dan video) di WhatsApp memang sengaja dibatasi.
“Di media sosial dan messaging system, kadang kita posting gambar, video itu viralnya cepat dan secara emosional langsung berdampak pada kita. Oleh karenanya kita non aktifkan fitur (gambar dan video),” ujar Rudiantara.
Untuk diketahui, gangguan medsos itu terjadi di hampir seluruh kota besar di Pulau Jawa, meliputi Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Salatiga, Yogyakarta, Surabaya, Pasuruan dan Malang. Jakarta menjadi kota terparah yang mengalami gangguan tersebut.
Penulis: Risman Septian
Editor: Stevanny