Jakarta, PONTAS.ID – Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Indra Exploitasia mengajak peserta Pelatihan Best Management Practices (BMP) Konservasi Gajah Sumatra yang multistakeholder atau perusahaan pemilik konsesi berbagi ruang dengan gajah.
Berbagi ruang hidup yang dimaksud adalah bagaimana memperlakukan satwa di habitatnya dengan arif.
“Satwa tidak mengenal habitat di luar atau dalam konservasi. Mengelola gajah harus arif hingga bisa hidup berdampingan. Saat ini ruang habitat gajah sudah terfragmentasi, hingga perlu tindakan bersama untuk menjaga agar mereka tetap bisa hidup di habitatnya,” jelas Indra di Pekanbaru, Jumat (27/7).
Direktur KKH juga berharap, praktik-praktik baik konservasi gajah di Riau bisa menjadi role model hidup berdampingan dengan gajah.
“Yang kami perlukan adalah role model yang memang kelihatan. Saya mengharapkan kegiatan ini langsung bisa diaplikasi di lapangan. Peran masing-masing perusahaan yang ikut di sini akan kelihatan. Sudah banyak yang melakukan BMP-BMP, tapi belum terintegrasi. Ke depan harus terintegrasi dan menjadi role modelnya KSDA,” lanjut Indra.
Semantara, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono sepakat tindakan konkrit yang dilakukan perusahaan di wilayah konsesinya dijadikan sesuatu yang baku dan akan menjadi langkah bersama.
Pihaknya pun sedang menyamakan persepsi tentang penanganan konflik, dan menyinkronkan langkah-langkah yang akan dilakukan.
“Best practices, bukan berarti praktik mitigasi konflik gajah saat ini yang paling baik sehingga kita berhenti sampai di sini. Praktik terbaik akan berkembang terus sesuai dinamika yang terjadi di lapangan,” imbuh Haryono.
Selama dua hari pemaparan materi, sejumlah narasumber kompeten dihadirkan untuk memberi pemahaman dan motivasi kepada peserta. Tidak hanya Kepala KKH Kementerian LHK dan Balai Besar KSDA Riau saja yang tampil sebagai narasumber, tetapi juga para praktisi dan akademisi dari Universitas Riau dan Universitas Andalas Padang juga berbagi ilmu dan pengalaman mitigasi konflik satwa dilindungi tersebut.
Lebih dari 35 peserta mengikuti Pelatihan Best Management Practices (BMP) Konservasi Gajah yang berlangsung empat hari ini, tidak hanya pemaparan materi saja, tetapi juga praktik lapangan.
Balai Besar KSDA Riau bersama- sama Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (YTNTN) yang didukung oleh TFCA Sumatra menyelenggarakan pelatihan ini untuk mendorong dan mendampingi sejumlah perusahaan yang beroperasi di sekitar Tesso Nilo dan GSK-Balai Raja menerapkan Better Management Practices (BMP).
Menurut Direktur Eksekutif YTNTN, Yuliantony, selaku panitia pelaksana, peserta pelatihan berasal dari unsur perusahaan pemegang izin HTI dan HGU, pemerintah daerah, Balai Besar KSDA Riau, BTNTN, KPH dan sejumlah LSM di Riau.
Setelah sesi penyampaian materi yang berlangsung dua hari, selanjutnya peserta akan mengunjungi salah satu perusahaan di sekitar kantong gajah yang sudah melakukan usaha-usaha konservasi gajah.
“Peserta akan diajak mengunjungi aktifitas konservasi gajah di lapangan, Kita akan melihat bagaimana praktik BMP konservasi gajah di perusahaan ini,” pungkasnya.
Editor: Idul HM