Pelaksanaan EBT Diharapkan Terus Berlanjut

Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto,

Jakarta, PONTAS.ID – Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, berharap, pelaksanaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang tercantum dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) terus dilanjutkan, karena sudah masuk dalam Conditio Sine Qua Non, sehingga hal tersebut sudah tidak dapat dielakkan jika melirik pada kondisi global saat ini.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang RUEN, target bauran EBT di Indonesia mencapai 23 persen pada 2025 dalam kebijakan energi nasional, sehingga kapasitas penyediaan pembangkit listrik EBT pada tahun 2025 perlu mencapai sekitar 45,2 Giga Watt (GW) dan tahun 2050 sebesar 167,7 GW.

“Dalam RUEN sudah tegas, energi pembaharuan kita adalah 23 persen di tahun 2025, saya dengar akan ada evaluasi. Untuk itu, saya hanya berharap kita jangan mundur dengan itu, karena sudah Conditio Sine Qua Non, karena sudah tidak dapat ditolak tampaknya dengan fenomena global yang ada. Saya kira, tergantung kita memastikan salah satu aspek, memang adalah PLN. Problem utama ada di PLN perihal energi baru dan terbarukan ini, saya kira kita sepakat,” ujar Sugeng, dalam Rapat Kerja dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (19/1/2021).

Dalam rapat tersebut, politisi Fraksi Partai NasDem mengungkapkan bahwa keberadaan EBT ini dapat dirasakan langsung dan berharap keberadaan energi tenaga surya yang masuk dalam program RUEN ini memiliki dampak langsung yang dapat dirasakan masyarakat.

“Betul, manfaatkan energi tenaga surya untuk kepentingan langsung riil di masyarakat. Saya menyaksikan langsung di dapil saya, ada itu hanya setengah mega, itu bisa ngangkat untuk mengairi sawah kurang lebih 160 hektar dan itu investasinya sangat murah. Dan itu juga sudah dipakai kurang lebih 15 tahun, tapi masih tetap handal, di Banyumas misalnya,” jelas Sugeng.

Dirinya juga menyampaikan bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk transisinya Indonesia memasuki EBT dengan memanfaatkan Solar Farm, di mana secara teknologi dan biaya sudah terjangkau. Wilayah timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali yang merupakan wilayah yang mengandalkan sektor pariwisata dirasa potensial untuk mewujudkan EBT yang clean and renewable.

“Betapa teknologi tenaga surya dalam perkembangannya terkini secara teknologi dan secara harga sudah masuk murah. Bahkan kalau kita memang mau bekerja keras, hari inilah transisi energi. Kita memasuki energi terbarukan dengan memanfaatkan solar farm. Kita punya potensi besar di NTT, NTB dan Bali yang memang ketiga provinsi ini mengandalkan pariwisata di mana energi baru dan terbarukan, clean and renewable menjadi sangat penting,” ucap legislator dapil Jawa Tengah VIII itu.

Sugeng berharap,  dalam implementasinya, pembentukan EBT yang clean and renewable perlu diimbangi dengan pemanfaatannya, sehingga pemerintah mampu memperoleh pemanfaatan energi, baik energi matahari maupun gas.

Sebagaimana diketahui, tahun 2020 terdapat 27 kargo gas yang tidak terkelola dengan baik dengan rincian 10 kargo dari Bontang dan sisanya dari Tangguh karena ketidakcocokan yang terjadi dalam PLN.

“Sekaligus tadi memanfaatkan gas di mana gas melimpah tahun 2020 tidak terambil 27 kargo. 10 kargo dari Bontang, 17 kargo dari Tangguh dan ini mismatch PLN yang tidak segera mengganti pembangkit listrik tenaga diesel ke tenaga gas sehingga menjadi mubazir. Saya kira sudah waktunya, misalnya di daerah-daerah tertentu sebagai based load-nya adalah tenaga matahari peakers-nya adalah gas,” tuntas Sugeng.

Penulis: Riana

Editor: Luki Herdian

Previous articleTekan Kasus Covid-19, Lurah Pulo Gebang Terapkan 5 Hal Ini
Next articleDukung Perpres RAN PE, Gus Jazil: Harus Kita Kontrol Jangan Sampai Tabrak Demokrasi dan HAM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here