Jakarta, PONTAS.ID – Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM, Luhur Pradjarto, mengungkapkan, program Banpres Produktif untuk Usaha Mikro (PUM) kini tengah digenjot untuk dapat terealisasi dengan maksimal sampai akhir tahun nanti. B
ahkan, dalam pelaksanaan program Banpres PUM tersebut, kata dia, pihaknya secara intensif terus memantau pelaksanaannya.
“Pemantauan penting dilakukan guna memastikan agar program tepat sasaran dan sekaligus mengetahui perkembangan bagi pelaku usaha yang menerima Banpres PUM ini,” kata Luhur, dikutip dari keterangan resmi, Senin (30/11/2020).
Salah satu langkah yang dilakukan oleh Kemenkop UKM, ialah mengunjungi ke beberapa penerima Banpres PUM di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Kabupaten Bangka Tengah pada 24-25 November 2020 kemarin. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bantuan tersebut sudah sesuai prosedur dan tepat sasaran.
Luhur mengatakan bahwa para pelaku usaha mikro yang dikunjungi, umumnya mengelola makanan olahan, seperti krupuk kemplang/getas/pilus (bahan baku ikan), kue-kue, jus minuman dan gorengan, dan warung nasi dengan hasil penjualan rata-rata perhari kisaran Rp70 ribu hingga Rp100 ribu.
“Dalam memasarkan produknya, sebagian dari mereka telah melalui media online seperti WA dan Facebook,” ujarnya.
Luhur bilang, dengan adanya Banpres Produktif untuk Usaha Mikro, pelaku usaha mikro di Bangka Belitung sangat terbantu, karena selama pandemi hasil penjualannya turun sebagai imbas dari menurunnya wisatawan.
Selain monitoring, juga dilaksanakan rapat dengan perwakilan BPKP, lembaga pengusul, dan bank penyalur, serta Kepala Dinas yang membidangi koperasi dan UKM se-Provinsi Bangka Belitung, sekaligus Rakor monitoring dan evaluasi program Koperasi dan UKM.
Asal tahu saja, per 25 November 2020 lalu, Banpres PUM sudah disalurkan kepada 9,7 juta pelaku usaha mikro, dalam artian sudah mencapai 81,19 persen atau Rp23,4 triliun dari total anggaran Rp28,8 triliun. Sampai akhir 2020, Kemenkop UKM masih membuka kesempatan kepada tiga juta pelaku usaha mikro untuk dapat memanfaatkan program ini.
Salah satu penerima Banpres PUM ini yakni Lisa, perempuan asal Desa Kurau, Kabupaten Bangka Tengah, yang telah merintis usahanya dalam membuat kerupuk kemplang. Pada masa pandemi, hasil penjualannya menurun dari Rp350 ribu per minggu menjadi Rp100 ribu per minggu, karena jarangnya pengunjung. Tapi, untuk menghidupi keluarga, Lisa tetap memproduksi dan memasarkan melalui online.
Tanpa diduga, di masa pandemi yang belum tahu kapan berakhir, Lisa mendapat Banpres PUM. Modal bantuan tersebut, dipergunakan untuk membeli bahan-bahan seperti tepung sagu, minyak goreng, ikan, dan cumi-cumi sebagai bahan baku utama. Sehingga, ada untuk stok dalam beberapa hari ke depan.
“Kini, dengan mulai adanya pengunjung dan pemesanan, maka hasil penjualan sudah mengalami peningkatan,” kata Lisa.
Hal serupa dialami Kartini, perempuan asal Bugis yang sudah lama menetap di SungaiLiat, Kabupaten Bangka. Usaha Kartini memproduksi kue-kue, termasuk kue khas Bugis. Antara lain, Bolu Pecca, Kue Jungkir Balik, Bolu Tape, Bolu Remang, dan Kue Sarang Semut.
Kartini sangat senang menerima Banpres PUM. Jika sebelum Covid-19 penghasilannya mencapai Rp200 ribu perhari, maka ketika puncak pandemi, usahanya berhenti total.
“Dengan adanya Bantuan Presiden yang saya lihat di Televisi, saya berharap mudah-mudahan saya mendapat Bantuan Presiden. Tidak lama kemudian, selang seminggu, saya didatangi petugas PNM, Saya didata dan dimintakan KTP. Dana tersebut selain saya gunakan untuk modal kerja, juga untuk membeli beberapa loyang dan saya berencana akan menambah oven,” tandas Kartini.
Penulis: Riana
Editor: Stevanny



























