Jakarta, PONTAS.ID – Pesona Taman Nasional Bunaken yang berada di Sulawesi Utara (Sulut) diketahui tak hanya tersohor di kalangan turis domestik, tapi juga mancanegara, lantaran alam bawah laut Bunaken menjadi salah satu yang terindah di dunia.
Namun, kondisi infrastruktur di kawasan yang didirikan sejak 1991 tersebut, ternyata tidak mampu mendukung perkembangan pariwisata, lantaran keterbatasan aliran listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang masih belum menyala selama 24 jam.
Menanggapi hal tersebut, pihak Kementerian Pariwisata (Kemenpar) masih belum memberikan tanggapan yang memuaskan. Mereka menyarankan agar berkoordinasi lebih lanjut dengan Dinas Pariwisata (Dinaspar) pemerintah daerah setempat.
“Ada baiknya langsung ditanyakan ke Dinaspar Provinsi Sulut,” kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kemenpar, Dadang Rizki Ratman saat dihubungi PONTAS.id dari Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Sementara itu Ketua Program Studi Pariwisata Vokasi Universitas Indonesia (UI), Budiman Mahmud Musthofa mengaku heran jika memang kondisi infrastruktur kelistrikan di Bunaken tersebut masih belum optimal.
“Setahu saya di Bunaken sudah bagus listriknya, memang kadang mati. Berbeda dengan 5-10 tahun yang lalu, kan sekarang sudah ada PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya),” ujar Budiman saat dihubungi secara terpisah.
Dia lantas mengingatkan, bahwa listrik merupakan sarana penting yang mendukung industri pariwisata daerah dimana pun berada. Terlebih saat ini Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) tengah menggenjot devisa negara dari sektor pariwisata.
“Pastinya kalau listrik sering mati akan menggangu pengelola destinasi, mengurangi kenyamanan wisatawan. Mungkin di cottage atau homestay listrik rumahan masih hidup jika punya genset sendiri. Tapi bagaimana dengan listrik publik?” tanya Budiman.
Dia pun berharap, semoga pemerintah pusat dan daerah lebih memperhatikan pembangunan destinasi, bukan hanya melakukan promosi, tetapi juga perlu memangun aksesibilitas, termasuk infrastruktur jaringan listrik dan seluler juga menjadi prioritas yang tidak kalah pentingnya.
“Pada akhirnya, pembangunan sarana ini bukan sekedar untuk mengundang wisatawan datang, tetapi harus berorientasi pada kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Apalagi Bunaken kan levelnya sudah internasional. Semoga mati listrik ini hanya sesaat saja. Inikan masalah lama,” tutur Budiman.
Sebelumnya, kondisi kelistrikan yang belum optimal tersebut diketahui saat Tim Redaksi PONTAS.id berkesempatan mengunjungi Bunaken beberapa waktu lalu. Seorang pedagang di pantai Bunaken yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa aliran listrik disana memang masih terbatas.
“Di sini listrik hanya malam saja pak. Kalau pagi sampai sore kita tidak punya listrik. Kalau terlambat bayar listrik kita langsung diputus. Bayarnya ke Kota Manado lagi, harus naik perahu dan makan waktu untuk kesana,” ucapnya, Kamis (2/5/2019).
Hal tersebut pun ikut dibenarkan oleh Kanit Bimas Polsek Kepulauan Bunaken, Aiptu Safarrudin Paransa. Dimana dia mengungkapkan bahwa sejumlah masyarakat di sana terpaksa harus menggunakan genset jika ingin menikmati listrik 24 jam.
Namun meski memiliki genset, persoalan masih bertambah lantaran ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) untuk genset hanya ada di Kota Manado yang jarak tempuhnya sekitar 45 menit dari Bunaken.
“Iya memang di sini listrik dari PLN hanya malam saja. Sebagian warga terpaksa menggunakan genset. Ini memang masih persoalan yang sejak dulu dihadapi warga di sini,” kata Safarrudin.
Penulis: Risman Septian
Editor: Pahala Simanjuntak