Jakarta, PONTAS.ID – Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak menghormati pernyataan Ketua Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi) Usamah Hisyam soal Prabowo sempat berbicara lantang dan menggebrak meja dalam rapat Dewan Penasehat Persaudaraan Alumni 212.
Menurut Dahnil, Usamah sedang menjalani tugas baru seperti mantan pengacara Rizieq Shihab, Kapitra Ampera dan Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra.
“Kan, mungkin saja Pak Usamah Hisyam punya tugas baru seperti Pak Kapitra, Pak Yusril dan Pak Ali Mohtar Ngabalin. Dan kami menghormati tugas-tugasnya,” ucap Dahnil, Jumat (21/12/2018).
Perihal Prabowo menggebrak meja, Dahnil menanggapi dengan santai. Dia bertanya balik di mana dan kapan tepatnya Prabowo marah hingga memukul meja di hadapan ulama. Menurut Dahnil, Prabowo justru mendapat dukungan dari para ulama PA 212 melalui Ijtima Ulama II.
“Buktinya para ulama banyak mendukung full ke Pak Prabowo dan Bang Sandi. Jadi ya kalau pak Usamah Hisyam yang menyampaikan ya monggo saja,” tegas Dahnil.
Prabowo Tak Islami
Sebelumnya, Juru Kampanye Nasional pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Eva Kusuma Sundari mengkritik tingkah Prabowo Subianto yang memukul meja dalam forum Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni 212.
Ia menyatakan bahwa Prabowo telah merugikan para ulama yang merekomendasikan dirinya sebagai calon presiden di pilpres 2019 melalui forum Ijitimak Ulama karena memiliki sifat tak Islami.
“Makanya Prabowo telah merugikan ulama sendiri, kalau ulama justru memilih orang yang sebenarnya tak Islami, tak bijaksana, masa di depan ulama gebrak-gebrak meja,” kata Eva saat dihubungi, Kamis (19/12/2018).
Politikus PDIP itu turut menyesalkan bahwa para ulama yang tergabung dalam Ijtimak Ulama kala itu belum mampu memilih pemimpin yang ideal bagi kelompoknya sendiri.
Pasalnya, kata dia, tingkah Prabowo sendiri masih diragukan baik dari rekam jejak kepemimpinan dan faktor psikologisnya selama ini.
“Berarti milihnya dulu enggak di cek sampai ke faktor psikologis, faktor karakter, faktor track record, hanya karena gara-gara dia melawan Jokowi kemudian didukung,” kata Eva.
Eva lantas memberikan ilustrasi bahwa seorang pemimpin atau calon presiden harus memiliki karakter yang bijaksana dan mengayomi setiap masyarakat, terlebih lagi bagi seorang ulama.
Ia lantas mencontohkan sosok Jokowi yang memiliki sifat santun dan mengayomi segenap masyarakat, tak peduli latar belakangnya.
“Ya Pak Jokowi kan kalem, melindungi siapapun, gesturnya sangat adem gitu, menurutku seorang pemimpin harus bisa memberikan perlindungan, bukan menakutkan gitu,” kata dia.
Diketahui, Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Usamah Hisyam mengungkap kemarahan Prabowo di depan para ulama Persaudaraan Alumni 212.
Usamah menyebut Prabowo memukul meja dan berbicara lantang dalam forum itu lantaran ada pihak yang meragukan keislamannya.
Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif mengamini bahwa Prabowo sempat sedikit menggebrak meja, bukan memukul. Namun itu dilakukan bukan didasari oleh amarah.
Slamet menceritakan saat itu Dewan Penasihat PA 212 mengadakan rapat dan mengundang Prabowo di Hotel Grand Sahid, Jakarta. Rapat itu dihelat beberapa hari sebelum Ijtima Ulama I dilaksanakan. Saat itu, ulama PA 212 mendengarkan komitmen Prabowo terhadap umat Islam.
Slamet lalu membeberkan salah satu pernyataan Prabowo dalam rapat tersebut.
“Walaupun saya pengetahuan agamanya terbatas (kurang), tapi saya tidak pernah mengkhianati Islam, tidak pernah menjual agama saya (disampaikan dengan tegas sambil reflek tangannya sedikit menggebrak meja),” tutur Slamet menggambarkan Prabowo berbicara dalam rapat dimaksud, Kamis (20/12).
Menurut Slamet, Prabowo bukan marah. Prabowo justru ingin menunjukkan dengan tegas bahwa dirinya bakal memperjuangkan umat Islam.
“Ini menunjukkan keseriusan beliau untuk membela ulama dan Islam sebagai agama mayoritas,” kata Slamet.
Editor: Luki Herdian