Respon Istilah Politik Genderuwo, PSI: Tebar Ketakutan dan Rasialis

Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Dedek Prayudi

Jakarta, PONTAS.ID – Politik Genderuwo yang diucapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PSI pada acara ulang tahun ke-4 PSI bermakna cara berpolitik yang menebar ketakutan, rasa khawatir, kemarahan serta rasa benci rasialis.

“Kerap materi nya pun tidak sesuai kebenaran, data yang mengada-ada atau kesimpulannya subyektif dan mengarah destruktif,” kata Juru Bicara PSI bidang Kepemudaan, Dedek Prayudi dalam keterangan resminya kepada PONTAS.id, Senin (12/11/2018).

Dia mencontohkan ketika calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto yang menyebut bahwa Bank Dunia mengatakan 99 persen orang Indonesia hidup pas-pasan. Faktanya, data bank dunia menyebutkan bahwa jumlah penduduk kelas menengah (10-50 USD/hari) diatas 50 juta. Itu sudah jauh diatas 1 persen. Jumlahnya pun terus tumbuh dengan cepat terangnya.

“Beliau juga pernah bilang bahwa ketimpangan meningkat. Faktanya ketimpangan yang 10 tahun di era pemerintahan sebelumnya meningkat tajam, kini turun untuk pertama kalinya semenjak Indonesia keluar dari krisis ekonomi,” kata pria yang akrab disapa Uki ini.

Uki menjelaskan, terkait turunnya ketimpangan di era Presiden Joko Widodo (Jokowi), Ini ditunjukkan oleh penurunan Rasio Gini (alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk) serta meningkatnya jumlah penduduk kelas menengah.

Sengaja Rugikan Pedagang
Program-program pro rakyat seperti KIS, KIP, PKH, KUR, pembagian sertifikat tanah dan Tol laut, lanjut Uki, adalah bukti keberpihakan Pemerintah terhadap rakyat miskin yang membantu menekan ketimpangan.

“Kami juga menyoroti kegiatan yang nakut-nakuti konsumen, disebutkan harga melonjak. Kami mencatat bahwa inflasi rendah empat tahun terakhir dan pak Jokowi sudah mengonfirmasi dengan blusukan ke pasar tradisional, harga kebutuhan terbukti stabil dan terkendali,” kata dia.

Itu sebabnya, influencer TKN Jokowi Ma’ruf Amin ini menduga pasangan Prabowo-Sandiaga menginginkan supaya orang takut ke pasar, sehingga pasar sepi, dan akhirnya pedagang rugi.

“Ruginya pedagang adalah pintu masuk lagi untuk menyalahkan pak Jokowi. Jangan sampai berpolitik mengambil keuntungan elektoral dari penderitaan rakyat yang diciptakan elit,” pungkasnya.

Penulis: Pahala Simanjuntak
Editor: Hendrik JS

Previous articleEkpedisi Tembus Tol Trans Jawa, Rini Soemarno Tempuh 800 Km
Next articleSoal Jatah Menteri Milenial, Kubu Jokowi Kritik Sandiaga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here