Jakarta, PONTAS.ID – Terungkapnya kebohongan yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet, anggota Badan Pemenangan oleh anggota Tim Badan Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dinilai sengaja diproduksi untuk menimbulkan kekecauan pada publik.
“Dari kasus RS menyadarkan kita bahwa memang ada individu maupun kelompok-kelompok tertentu yang memang bekerja memproduksi kebohongan untuk disebarkan dan mengacau publik,” kata Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pareira, di Media Center Tim Kampanye Nasional, Jokowi-Ma’ruf Amin, Jl. Cemara No.19, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/10/2018).
Menurut Andreas, sebuah kebohongan akan diikuti dengan reakayasa kebohongan-kebohongan berikutnya untuk menjelaskan seolah-olah kasus tersebut adalah fakta, “Ini terlihat jelas dari seorang RS yang nota bene mantan pemain teater dalam pengakuannya,” imbuhnya.
Dampak kasus ini, lanjut dia, menyebabkan tokoh-tokoh sekelas Fadlizon, Fahri Hamzah, Amin Rais, Rizal Ramli, Dahnil Simanjuntak, bahkan pasangan Capres Cawapres, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ikut terjebak dalam permainan kebohongan Ratna Sarumpaet.
Padahal, di tengah bencana yang terjadi di Sulawesi Tengah, kata Andreas, seharusnya menjadi perhatian pemimpin, “Lebih parah lagi, politisi Partai Demokrat sekelas Beny K Harman dalam cuitan di twiter pribadinya malah menuduh Jokowi memelihara preman untuk meninju RS,” ungkap Andreas.
Kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet, kata Andreas, juga mengakibatka kesibukan bagi pihak kepolisian dan menguras perhatian publik yang seharusnya lebih memperhatikan bencana di Sulteng.
“Kebohongan ini termasuk kampanye hitam yang diarahkan kepada presiden Jokowi, seolah-olah Jokowi lah yang memerintahkan orang untuk menganiaya Ratna Sarumpaet. Semoga mereka-mereka yang juga terjebak dalam kebohongan RS juga berani meminta maaf ke publik seperti RS,” pungkasnya.
Penulis: Stevanny Andriani
Editor: Pahala Simanjuntak