Jakarta, PONTAS.ID – Rencana pengangkatan Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis sebagai Wakapolri menggantikan Syafruddin dinilai bakal menimbulkan resistensi di tubuh internal, terutama para senior. Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menilai hal itu tidak akan merusak hubungan senior-junior di internal Polri.
“Nggak ada masalah,” kata Irjen Setyo Wasisto, Kamis (16/8/2018).
Setyo mencontohkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Meski Tito merupakan lulusan Akpol 1987, namun senior-senior di atasnya tetap loyal.
“Kapolri 87, senior-seniornya juga taat kan. Kita nggak ada masalah senioritas. Karena kita siapapun yang naik dan ditunjuk pimpinan negara dalam hal ini Presiden. Kita loyal,” ujar dia.
Setyo juga mengatakan track records Idham selama di intitusi kepolisian bagus. Dia menyebut Polda Metro Jaya di bawah kepemimpinan Idham menjadi barometer bagi Polda-Polda lain.
“Bagus. Polda Metro ini kan jadi tolak ukur, barometer Indonesia. Sudah banyak oejabat Polri yang sebelumnya di Polda Metro. Pak Irwasum, pak Kapolri, dulu pak Timur, pak Tarman. Semua kan dari Polda Metro,” tuturnya.
Resisntensi Polri
Indonesia Police Watch (IPW) menilai jika Mabes Polri memilih Idham Aziz menjadi Wakapolri menggantikan posisi Syafruddin bakal menimbulkan resistensi di internal Polri karena tidak sesuai ‘kacang urut’.
“Sebab di atas Idham masih banyak jenderal bintang tiga yang lebih senior. Selama ini, pengangkatan orang nomor dua di Polri itu selalu diambil dari bintang tiga senior dan tidak pernah tidak urut kacang atau melompat dari bintang dua,” ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam keterangannya.
Neta menilai, pengisian jabatan strategis di Polri cenderung tidak urut kacang sejak di era pemerintahan Joko Widodo. Neta juga menilai ada kecenderungan Polri membiarkan hal ini.
“Mantan ajudan Jokowi misalnya, langsung dimutasi menjadi Kapolda Banten. Padahal di era sebelumnya, semua mantan ajudan masuk Mabes Polri lebih dulu, setelah beberapa bulan baru mutasi jadi Kapolda,” ungkapnya.
“Begitu juga mantan Kapolresta Solo karena sukses mengamankan pernikahan putri Jokowi dimutasi jadi Wakapolda Jateng. Lalu belum lama ini Korsespri Kapolri dimutasi jadi Wakapolda Sumut,” ungkapnya lagi.
Tradisi pengangkatan jabatan lewat sistem urutan per angkatan dinilai telah dilabrak. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kecemburuan dan berpotensi memunculkan gejolak di internal.
“Apalagi jika Idham Azis nantinya diangkat sebagai Wakapolri. Untuk itu IPW berharap elit-elit Polri memikirkan masa depan Polri dan sistem kaderisasi urut kacang yang sudah terbangun di Polri selama ini,” tandasnya.
Konsultasi ke Istana
Sebelumnya Kapolri mengatakan masih akan mengonsultasikan Wakapolri pengganti Syafruddin. Tito menyebut calon pengganti Syafruddin yang dipertimbangkan yakni yang sudah berpangkat bintang dua atau bintang tiga.
“Nanti saya konsultasikan dulu dengan Pak Presiden. Mekanismenya memang begitu. Setelah menyampaikan dan atas persetujuan Pak Presiden soal jabatan Wakapolri. Pertimbangannya bintang dua atau bintang tiga,” ujar Tito di Istana Negara, Rabu pagi.
Masih Kapolda Metro
Terpisah, Kapolda Metro Irjen Idham Aziz menegaskan jika sampai saat ini dirinya masih seorang Kapolda Metro Jaya.
“Saya masih Kapolda, Kapolda Metro,” kata Idham kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Idham tak memberikan respons lebih lanjut soal kabar tersebut. Idham langsung pergi meninggalkan kerumunan wartawan yang bermaksud mewawancarainya.
Nama Idham santer disebut-sebut akan menjadi Wakapolri usai Komjen (Purn) Syafruddin dilantik menjadi Menteri PAN-RB. Informasi tersebut salah satunya disampaikan oleh Ketua DPR Bambang Soesatyo.
“Wakapolri (akan dijabat) Idham,” kata Bambang saat dikonfirmasi