Pesantren Jadi Alternatif Solusi Deradikalisasi Eks ISIS

Muchamad Nabil Haroen
Muchamad Nabil Haroen

Jakarta, PONTAS.ID – Anggota DPR RI, Muchamad Nabil Haroen mengatakan, wacana pemulangan eks kombatan ISIS harus dikaji secara komprehensif dan tidak dilakukan secara gegabah.

Kalau mereka diterima pulang ke Indonesia, tidak cukup berikrar setia kepada NKRI tapi harus dideradikalisasi secara menyeluruh.

“Terkait wacana  pemulangan eks kombatan ISIS yang dilontarkan Menteri Agama,  harus dipertimbangkan secara matang,” katanya di Jakarta, Jumat (7/2/2020).

Menurut Gus Nabil, begitu dia akrab disapa, sebelum mengambil  kebijakan atau pun  keputusan terhadap eks kombatan ISIS tersebut, idealnya harus ada riset matang terkait implikasi, prosedur, serta dampak yang akan terjadi jika mereka kembali ke Indonesia.

Sebab, keberadaan mereka berpotensi meresahkan masyarakat, bahkan dapat mengancam stabilitas negara ini.

Namun pada sisi lain, pihaknya melihat ada persoalan kemanusiaan yang juga harus dipertimbangkan karena eks kombatan tersebut berasal Indonesia.

“Jadi, harus ada kajian mendalam dulu. Saya kira Menteri Agama harus melihat persoalan  secara lebih komprehensif,” kata Gus Nabil yang juga Ketua Umum Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU),  Pagar Nusa ini.

Pihaknya juga mengingatkan pentingnya prosedur deradikalisasi dan klasifikasi dalam  penanganan eks kombatan ISIS jika diterima pulang ke Indonesia.

“Artinya memperlakukan mereka  harus dengan klasifikasi serta deradikalisasi yang menyeluruh.  Tidak cukup hanya  aspek formal dengan sumpah atau penandatangan legalitas untuk setia pada NKRI,” tegasnya.

Menurut Gus Nabil, prosedur-prosedur deradikalisasi harus ditempuh sebab mereka juga butuh pendampingan.

Begitu pula untuk bisa kembali ke tengah masyarakat, dibutuhkan bantuan dari banyak pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah, termasuk komunitas-komunitas masyarakat semisal pesantren untuk deradikalisasi dari konteks ideologi.

“Kita tidak bisa hanya dengan deradikalisasi formal, perlu juga kerjasama dengan pelibatan pesantren untuk deradikalisasi melalui pengajaran agama yang moderat. Tentu saja, setelah ada klasifikasi kombatan serta melalui pemeriksaan indeks radikalisme mereka,”  kata Gus Nabil.

Dia mengatakan kolaborasi antara institusi negara, pesantren serta ormas Islam moderat semisal NU dan Muhammadiyah untuk menyusun program deradikalisasi harus dilakukan secara komperhensif pula.

Sebab yang dilawan dari eks kombatan tersebut adalah ideologi. Nah, untuk melawan ideologi menurut anggota Komisi IX DPR ini harus lewat pendekatan ideologi dan pengetahuan.

“Kalau melawan ideologi, ya harus dari pendekatan ideologis dan pengetahuan. Namun, kalau mereka berangkat ke Syiria, Afghanistan, Irak dan menjadi anggota ISIS karena faktor ekonomi, ya harus pakai pendekatan ekonomi, misalnya dengan pemberdayaan, dsb,” tegasnya.

Pihaknya juga melihat penanganan eks-ISIS juga juga menjadi tantangan dunia internasional.

“Kita harus kaji betul positif negatif atas pemulangan ini. Apakah diterima pulang ke Indonesia atau tidak. Jika tidak boleh pulang, terus mereka akan ke mana? Ini isu internasional yang melibatkan pelbagai negara,” kata Gus Nabil.

Penulis: Luki Herdian

Editor: Pahala Simanjuntak

Previous articleDPR Apresiasi Program BPNT Turunkan Angka Kemiskinan
Next article602 Hektare Sawah Gagal Panen akibat Banjir

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here