Kecemasan Perang Dagang Mereda, Harga Minyak Naik Tipis

New York, PONTAS.ID – Harga minyak naik lebih dari 1% pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB) di tengah harapan perjanjian perdagangan AS-China dan optimisme bahwa Washington dapat menurunkan kembali beberapa tarif impor China.

Melansir Reuters, Jakarta, Rabu (6/11/2019), harga minyak mentah Brent LCOc1 berjangka naik 83 sen atau 1,3% menjadi USD62,96 per barel.

Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS CLc1 berjangka berakhir 69 sen atau 1,2% menjadi USD57,23 per barel.

Sebelumnya, China mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus lebih banyak tarif yang diberlakukan pada September sebagai bagian dari kesepakatan fase 1. Hal ini pun diyakini akan meringankan dampak ekonomi dari sengketa perdagangan antara dua konsumen minyak terbesar dunia.

“Sementara, perkembangan seperti itu dapat mengakomodasi penandatanganan kesepakatan fase pertama yang akan memungkinkan peningkatan lebih lanjut dalam penerimaan risiko dan karenanya limpahan bullish dari ekuitas masuk ke dalam kompleks minyak, perjanjian jangka panjang utama masih tampak sulit dipahami hingga tahun depan,” tutur Presiden Ritterbusch and Associates,Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois, dalam sebuah laporan.

Kemudian, Sekretaris Jenderal OPEC, Mohammad Barkindo, mengatakan, prospek pasar minyak untuk tahun 2020 mungkin lebih cerah dari perkiraan sebelumnya, tampak mengecilkan setiap kebutuhan untuk pengurangan produksi yang lebih dalam.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia akan bertemu pada Desember. Aliansi OPEC+ sejak Januari telah memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari.

Di Amerika Serikat, persediaan minyak mentah naik 4,3 juta barel pekan lalu menjadi 440,5 juta barel, data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan Selasa (5/11/2019) malam, hampir tiga kali lipat perkiraan analis untuk peningkatan 1,5 juta barel. Data resmi pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Selain itu, para analis menyebut Harga minyak juga terdorong pemangkasan suku bunga Federal Reserve AS pekan lalu, pelemahan dolar dan peningkatan pertumbuhan lapangan kerja AS pada Oktober.

Penulis: Ririe

Editor: Riana

Previous articleKilang LNG Masela Dibangun di Kepulauan Tanimbar
Next articleSoekirman Jadi Keynote Speaker di Pertemuan Internasional ARI-Japan Graduated

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here