Putra Mahkota UEA Bawa Angin Segar Buat Pengembangan RDMP Kilang Balikpapan

Kunjungan Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA), Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang diterima langsung oleh Presiden Joko Widodo, di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/7) lalu, nyatanya membawa angin segar bagi industri minyak dan gas nasional. (Foto: ist)

Jakarta, PONTAS.ID – Kunjungan Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA), Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang diterima langsung oleh Presiden Joko Widodo, di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/7) lalu, nyatanya membawa angin segar bagi industri minyak dan gas nasional.

Sebabnya, pada kunjungan tersebut dilakukan penandatanganan Comprehensive Strategic Framework (CSF) antara Pertamina dan The Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) untuk menjajaki pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Kesepakatan antara Pertamina dengan ADNOC tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan bilateral Menteri ESDM, Ignasius Jonan, dan Menteri Energi dan Industri UEA, Suhail Mohamed Faraj Al Mazrouei,yang dilakukan di Kantor Kementerian ESDM awal Juli lalu.

Saat itu, salah satu potensi kerja sama yang menjadi pembahasan adalah di sektor hulu migas, terutama kerja sama dengan Pertamina dalam rangka meningkatkan produksi migas Indonesia.

“Sesuai arahan Bapak Presiden menginginkan investasi dari Persatuan Emirat Arab khususnya dan Timur Tengah, adanya investasi yang besar tidak hanya dari sektor migas saja, tapi bisa juga dari sektor yang lain,” kata Jonan, saat itu.

Terkait hal itu, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, menyampaikan, melalui kesepakatan ini juga terbuka potensi kerjasama di seluruh mata rantai bisnis minyak dan gas dari hulu ke hilir, baik di UEA, Indonesia serta internasional.

“Dari pertemuan tersebut, tiga kerja sama diteken dengan total nilai investasi USD 9,7 miliar atau sekitar Rp 136 triliun. Salah satunya di sektor migas ini RDMP Balikpapan, Integrated Supply Chain (LPG dan Naphta), LPG Storage, dan lain-lain dengan investasi senilai USD 1,3 hingga 2,5 miliar,” ungkap Agung, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, kemarin.

“Ada juga investasi di petrokimia, turunan migas, melalui kerja sama Mubadala Investement Company dengan PT Chandra Asri Petrochemincal untuk membangun pabrik petrokimia senilai hingga USD 6 miliar. Melalui kerja sama ini diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor petrokimia,” lanjutnya.

Sebagaimana diketahui, saat ini, Pertamina menjalankan kegiatan bisnis di bidang energi yang terintegrasi di Indonesia dan tengah mengembangkan bisnisnya di luar negeri. Pertamina tercatat memiliki enam kilang minyak dengan kapasitas terpasang 1 MMBPD.

Pertamina juga berencana menambah kapasitas kilang sebesar 1 juta barel per hari (MMBPD) melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) and Grass Root Refineries (GRR).

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan, penjajakan kerja sama dengan ADNOC dapat mendukung upaya Pertamina dalam memastikan ketahanan dan ketersediaan energi di dalam negeri. Kolaborasi dengan ADNOC juga bisa mendukung upaya Pertamina berkiprah di kancah energi global.

“Kerja sama dengan ADNOC akan menjadi tonggak penting bagi Pertamina,” kata Nicke, melalui keterangan tertulis Pertamina, Rabu (24/7) lalu.

Setelah penandatanganan, tim kerja dari kedua pihak akan mengadakan pertemuan selama beberapa bulan untuk mengevaluasi dan menyeleksi bidang-bidang utama untuk kolaborasi strategis di seluruh aset dan portofolio proyek kedua perusahaan. Diharapkan, opsi kerjasama kolaborasi yang lebih spesifik akan disepakati untuk dieksekusi pada akhir 2019.

Penulis: Riana

Editor: Hendrik JS

Previous articleKeppres soal Amnesti Baiq Nuril Terbit Senin
Next articleTingkatkan Semangat Kompetisi, Kejaksaan Agung Gelar Turnamen PJI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here