Jakarta, PONTAS.ID – Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya menyatakan bahwa saat ini pariwisata harus menggunakan teknologi digital, 74 persen wisman yang masuk ke Indonesia menggunakan internet dan smartphone dan diprediksi lebih dari 50 persen pasar wisata Indonesia sudah didominasi milenial.
“Dari laporan TripAdvisor, Wisman yang datang itu 50 persen adalah milenial yang mempunyai selera dan kebiasan berwisata yang berbeda. Dan rata-rata mereka menggunakan teknologi digital,” kata Arief saat membuka sesi perdana Wonderful Startup Academy (WSA) batch II dengan paparan berjudul ‘The Future of Tourism in Indonesia’ di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (14/1/2019).
Arief juga menjelaskan, wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama. Untuk pasar pariwisata, Asia didominasi wisatawan milenial berusia 15-34 tahun mencapai hingga 57 persen. Di Tiongkok generasi milenial akan mencapai 333 juta, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta.
“Wisatawan milenial adalah pangsa pasar masa depan. Porsinya sekitar tujuh juta orang. Jumlah ini sekitar 34 persen dari target 20 Juta wisman di 2019. Jadi, harus terus dioptimalkan mulai dari sekarang. Siapa yang dapat merebutnya, akan jadi pemenang, who win the future, win the game,” ujarnya.
Lebih lanjut, cara paling ampuh untuk menggarap itu semua, kata Arief, yakni dengan regulasi dan teknologi. Hal itu sudah terbukti, pariwisata Indonesia tumbuh 22 persen di atas rata-rata pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya 6,4 persen, dan pertumbuhan di ASEAN yang mencapai 7 persen.
“Ketika pertumbuhan kita sangat tinggi itu berarti karena regulasi dan teknologi. Kenapa kita bisa tumbuh 22 persen? Karena pasti saya menyentuh dua hal ini, dan dua hal tersebut merupakan hal yang stategis. Hampir tidak mungkin memenuhi keinginan para kaum milenial bila tidak menggunakan digital. Karena digital platform bisa mendrive baik secara sosial maupun ekonomi,” tutur Arief.
Di depan 30 startup terbaik dari 309 startup yang mendaftar di WSA batch II itu Arief menjelaskan, segmentasi pasar terbaik adalah dengan tidak mensegmentasi, hal ini tidak bisa bila tanpa digital.
“Di Era digital kita tidak bisa melihat dan mengukur jutaan milenial, karena di dunia digital mereka tidak bisa dikelompokkan,” ujarnya.
Dean of Wonderful Startup Academy, Hiramsyah S. Thaib, mengatakan bahwa Wonderful Startup Academy juga mendukung salah satu program pemerintah, yaitu ‘Program 10 Destinasi Pariwisata Prioritas’ yang bisa memberdayakan ekonomi masyarakat, dan pada akhirnya menyejahterakan banyak masyarakat luas.
WSA batch II tahun 2019 memiliki durasi program yang lebih singkat, namun lebih padat dan terarah. Program akan berlangsung selama tiga bulan. Pada bulan pertama yang merupakan Creative Camp, peserta akan diberikan materi dengan topik ‘Tourism Mindset’, yaitu seputar startup dan pengetahuan kepariwisataan.
Selanjutnya pada bulan kedua, peserta akan diseleksi kembali hingga terpilih 10 startup dan program inkubasi akan masuk ke dalam topik ‘Business Mindset’, dengan materi seputar validasi pelanggan, produk, dan hingga marketing dan penjualan.
Sementara itu, pada bulan ketiga, materi akan lebih fokus tentang ‘Investment Mindset’, yang akan memperkenalkan peserta dengan materi seputar investasi, serta akan ada demo day, hingga nantinya akan terpilih 3 startup terbaik.
“Saat ini Indonesia memiliki 4 Unicorn StartUp terbaik, semoga WSA ini akan memunculkan Unicorn baru terutama untuk pariwisata,” ujarnya.
Unicorn merupakan gelar yang diberikan pada suatu startup yang memiliki nilai valuasi (nilai dari suatu startup, bukan sekedar pendanaan yang diraih dari investor) lebih dari 1 miliar dolar AS. Keempat startup itu ialah Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.
Selain mendapatkan materi dari para pembicara handal, peserta WSA batch II berkesempatan mendapatkan mentoring, networking, hingga mendapatkan akses pendanaan.
Editor: Risman Septian