Menpar Paparkan Wonderful Indonesia Go Digital di Watimpres

Wonderful Indonesia Go Digital

Jakarta, PONTAS.ID – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memaparkan program Wonderful Indonesia Go Digital. Berkaitan dengan perkembangan teknologi digital terbaru yang ada di Indonesia dari alternatif kebijakan yang harus diambil untuk mengantisipasi dampak dan tantangan secara keseluruhan termasuk di sektor perekonomian Indonesia. Kehadiran dunia digital menentukan deregulasi agar pemerintah menyesuaikan perkembangan zaman.

Menpar Arief Yahya menjelaskan bahwa seiring dengan perubahan konsumen yang makin digital dan hyper-connected kini muncul tren sharing economy di sektor pariwisata. Model bisnis berbagi ini merupakan cara baru yang dilakukan oleh generasi baru Milenial untuk melakukan bisnis dengan cara yang lebih efisien yaitu saling berbagi dalam memanfaatkan aset atau resources.

“Jika dahulu dalam pendekatan owning economy harus menguasai; membeli aset, memerlukan capital expenditure, dan banyak idle capacity sekarang ini dengan sharing economy tanpa harus melakukan hal tersebut akan lebih banyak memanfaatkan semaksimal mungkin idle capacity atau lebih super-efisien,” kata Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata, Jakarta, Rabu, (14/3/18).

Dengan menerapkan sharing economy kini bermunculan perusahaan-perusahaan digital yang mampu secara revolusioner mengubah lanskap industri pariwisata. Misalnya, perusahaan AirBnB yang sama sekali tidak memiliki hotel kini bisa menjadi perusahaan pemesanan kamar terbesar di dunia, demikian halnya perusahaan Uber yang tidak memiliki armada taksi bisa menjadi perusahaan pemesanan taksi terbesar di dunia. AirBnB yang didirikan tahun 2007 bermula dari gagasan menyewakan kamar yang kosong, kata Arief Yahya, kini valuasi perusahaan ini sebesar US$ 1.3 miliar di tahun 2012 dengan 2 juta transaksi kemudian meningkat menjadi US$ 30 miliar di tahun 2016 dengan lebih dari 36 juta transaksi dan angka fantastis ini melebihi capaian jaringan hotel konvensional seperti Hilton atau Hyatt.

Begitu pula Grab dan Gojek telah memiliki kapitalisasi pasar lebih besar yaitu masing-masing Rp 20 triliun dan Rp 38 triliun mengalahkan Blue Bird dan Garuda Indonesia yang memiliki kapitalisasi pasar masing-masing Rp 9,8 triliun dan Rp 12,3 triliun. Hal ini juga terjadi pada online travel agent seperti Traveloka bisa bernilai sekitar Rp 15 Triliun mengalah perusahaan travel agent besar di Indonesia yang memiliki kapitalisasi kurang dari Rp 1 triliun.

Melihat tren dunia tersebut, menurut Arief Yahya, maka jelas industri pariwisata nasional harus mengambil peluang dari munculnya sharing economy untuk menyatukan dan mengkolaborasikan seluruh elemen Pentaheliks (akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media ) dalam payung Indonesia Incorporated.

“Untuk itulah Kemenpar sejak tahun lalu berinisiatif mengembangkan Indonesia Travel Exchange (ITX) sebagai platform online travel agent (OTA) B to B yang dapat digunakan oleh setiap pelaku industri atau komunitas untuk menempatkan inventori yang dimiliki dan kemudian dapat digunakan untuk menawarkan paket-paket wisata kepada para travellers di seluruh dunia,” ujar Arief Yahya.

Dalam platform sharing atau platform market place tersebut pelaku industri pariwisata atau komunitas sebagai pemasok dapat menginformasikan apa yang dimiliki dan dapat digunakan, dan traveller dapat melakukan look-book-pay secara mudah, murah, dan cepat. Menpar memberi contoh; Trip Advisor dan Ctrip.com adalah contoh platform look. Booking.com dan Traveloka.com adalah contoh platform book, sedangkan Alipay dan Paypal adalah contoh platform pay.

Previous articleJangan Ada di Antara Kita yang Selingkuh dari Pak Djarot
Next articleSempat Viral Karena Sampah, Menko Luhut Turun Tangan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here