Menyerang Simbol Agama, Sama Saja Menyerang Jantung Bangsa

Suasana Gereja Santa Lidwina pasca penyerangan

Jakarta, PONTAS.ID – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyatakan penyerangan terhadap rumah ibadah dan simbol-simbolnya, baik Pastur, Pendeta, Ustaz, Ulama muapun Kyai, sama saja menyerang jantung bangsa Indonesia.

“Kita menyesalkan terjadinya insiden tersebut. Dan, yang mengacau rumah ibadah dan simbol-simbol agama adalah musuh bangsa, siapa pun dia. Apalagi, provokasi ini rutin dan kita tidak boleh terpengaruh atau menjadi tidak percaya diri bahwa kita bangsa cinta damai,” kata Fahri, saat dihubungi Selasa (13/2/2018).

Pernyataan Fahri ini disampaikan, terkait peristiwa penyerangan dan aksi kekerasan yang sebelumnya menyasar KH Umar Basri, tokoh Nahdlatul Ulama dan Pengasuh Pesantren Al-Hidayah di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat pada 27 Januari 2018.

Kemudian hal serupa kembali menyasar HR Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) di Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kaler, Kota Bandung pada 1 Februari 2018.

Selanjutnya, baru saja pada Ahad (11/02/2018) terjadi lagi kekerasan di Gereja St. Lidwina Bedog, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Romo Edmund Prier SJ beserta jemaahnya diserang saat melakukan misa.

Karena itu, Fahri meminta Negara secepatnya bertindak, tanpa membeda-bedakan golongan. “Negara harus hadir dan bertindak atas penyerangan tersebut,” tegasnya.

Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, rumah ibadah haruslah dijaga. Bahkan, ia menyamakan rumah ibadah dengan hati, yang harus dijaga karena bila terluka maka akan membuat dunia bergoncang.

“Setiap kita mendengar ada rumah Ibadah yang diserang, dada kita selalu terus berdegup kencang. Entahlah, mungkin karena kita tahu bahwa yang diserang adalah rumah kita sendiri, tak peduli apa pun agama dan keyakinan,” kata Fahri.

Sebagaimana hati, lanjut dia, rumah ibadah adalah juga tempat iman dijaga, ditanam, disemai dan dipelihara hingga berbuah menjadi lentera dalam hidup.

“Rumah ibadah adalah tempat bersinarnya kebaikan dan tempat kita saling menjaga batas pribadi, bahwa ada yang tak dapat di-lintas batas,” imbuhnya.

Lantas Fahri mengutip “bagimu agamamu, bagiku agamaku”. Dia mengingatkan bahwa rumah ibadah tidak boleh disentuh senjata meskipun perang.

“Dalam perang pun, rumah ibadah adalah tempat yang tak boleh disentuh senjata. Orang yang memasukinya adalah yang tidak ingin lagi berperang dan bersedia memasuki jalur perdamaian maka ia juga tak boleh disentuh. Jika dalam perang pun demikian, bagaimana lagi dalam damai?,” tanya dia.

Terakhir, Fahri menyatakan simpatinya kepada yang terluka, langsung atau tidak langsung, baik itu Pastur, Ustaz, Pendeta, Kyai, Pedanda, Bhiksu dan semua yang merasa telah diganggu.

“Hadirlah di antara Ummat. Di antara bangsa. Di antara mereka yang akan menjadi pagar penjaga iman bangsa,” pungkasnya.

Previous articleJadi Tersangka Kasus Suap, KPK Tahan Bupati Marianus
Next articleHari Ini 175 Pemda Wilayah III Terima Rapor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here