MPR Dorong Para Hafiz Amalkan Ajaran Al-Qur’an untuk Bangun Bangsa

Jakarta, PONTAS.ID – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengapresiasi ketekunan para santriwati dan peran para ustadzah yang telah mengantar anak didiknya menjadi penghafal 30 juz Al-Qur’an. Keberhasilan para santri menghafal Al-Qur’an menandakan semakin banyaknya jumlah hafiz di Indonesia.

Dia mengatakan pesantren yang menjadikan santrinya sebagai penghafal Al-Qur’an juga terus bertambah. Pertanda negara juga peduli terhadap eksistensi pondok pesantren.

Menurut HNW, kemampuan untuk menghafal Al-Qur’an merupakan karunia yang penting untuk dijaga dan diamalkan. Meski saat menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an kerap menimbulkan fitnah dan kecurigaan sebagai aksi teroris dan radikalisme. Padahal, mengamalkan Al-Qur’an dengan benar berarti mengikuti jejak Rasulullah SAW sehingga bisa membentuk negara yang jauh dari radikalisme dan ekstrimisme.

“Begitulah kandungan ayat-ayat Al-Qur’an pada periode Makkah. Periode yang mengajarkan aqidah/ideologi; cinta alam, lingkungan, cinta bangsa dan negara, menjadi jalan menuju SDM yang terbaik. Dan orang orang yang masuk kategori umat terbaik/khairu ummah adalah mereka yang membawa Risalah Al-Qur’an yang rahmatan lil al-alamin serta turut mewujudkan baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Itulah sumbangsih yang harus dilakukan secara berkelanjutan dari pesantren dan para penghafal Al-Qur’an,” kata HNW.

Lebih lanjut, Politisi PKS ini mengungkapkan Indonesia adalah warisan perjuangan para ulama bersama pahlawan bangsa. Oleh karena itu, negara ini harus dijaga agar dapat diwariskan dengan benar, dengan tidak terjebak pada framing bahwa santri adalah anti Indonesia. Menurutnya, framing tersebut merupakan fitnah dan salah satu tantangan yang dihadapi para penghafal Al-Qur’an.

Pada kesempatan ini, HNW juga membahas soal jumlah umat Islam yang buta aksara Al Qur’an. Ia menyebut kondisi ini harus menjadi perhatian bagi para penghafal Al-Qur’an.

Diketahui, berdasar data dari Institut Ilmu Qur’an (IIQ) Jakarta, pada 2022, dari 3.111 orang muslim sebagai sampel yang tersebar di 25 provinsi, 72.25% di antaranya tidak mampu membaca Al-Qur’an. Jumlah itu meningkat dibanding data Dewan Masjid Indonesia, yang menyebut, pada 2019 sebanyak 65% dari 223 juta umat muslim di Indonesia tak mampu membaca Al-Qur’an.

“Apalagi sekarang, fenomena beragama, hidup subur terjadi di mana-mana. Contohnya memakai jilbab, kondisi yang tidak mudah itu kini bisa ditemukan disemua tempat, apalagi untuk mempelajari dan membaca Al-Qur’an, tentunya lebih bisa dilaksanakan. Karena itu penting memasukkan materi metodologi baca tulis Al-Qur’an dan mengajarkannya, agar para hafiz (penghafal Al-Qur’an) optimis dengan kegiatan yang dapat mereka kerjakan sesudah selesai menghafalkan Al-Qur’an dan terus mengamalkan ajaran Al-Qur’an yang menghadirkan SDM unggul yang membangun umat bangsa dan negara serta mengajarkan baca tulisnya kepada masyarakat luas,” pungkasnya.

Sebagai informasi, pada kegiatan ini, sebanyak 41 santriwati mendapatkan Penghargaan Penghafal Al-Quran Angkatan Ke-empat. Jumlah tersebut menjadikan ponpes Bina Madani telah melahirkan sekitar 130 penghafal putri sejak berdiri pada 2017.

 

Previous articleKraton Majapahit Jakarta Jadi Bentuk Kebangkitan Budaya Bangsa
Next articleTetaplah Berhati-hati dan Bijaksana Mengelola Pertumbuhan Ekonomi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here