Jakarta, PONTAS.ID – Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno mengatakan, Holding Ultra Mikro (UMi) dipandang akan mampu menyediakan teknologi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai bagian upaya integrasi data, untuk memperluas dan meningkatkan kemudahan akses layanan kepada masyarakat, sehingga mengakselerasi inklusi keuangan nasional.
Dia melihat di tataran pelaku usaha UMi, permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha adalah akses terhadap penyaluran pembiayaan dan pembinaan.
Dia menilai persoalan tersebut dapat diatasi oleh sinergi antara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM melalui holding, dengan mengintegrasikan pengolahan data berbasis AI.
Pasalnya, ketiga perusahaan negara tersebut sudah malang melintang di dunia pemberdayaan usaha wong cilik dengan data yang diyakini sudah mumpuni. Selain itu, BRI sebagai induk holding memiliki fundamental keuangan yang kuat dan bisa memberikan kucuran modal untuk menyediakan teknologi berbasis AI tersebut.
“Mereka (dalam holding) bisa mendorong itu. Sebenarnya kebutuhan pelaku mikro hanya template, sehingga bisa dibuat semacam model yang mempermudah. Itu bisa sistem digital yang canggih AI,” kata Benny, Kamis (12/8/2021).
Pandangan Benny bukan sekadar pendapat tak berdasar. Dia melihat di tataran pelaku usaha UMI isu penyaluran pembiayaan tidak bergantung pada suku bunga.
Pelaku usaha di tataran bawah menurutnya mampu menanggung suku bunga tinggi, asalkan akses pembiayaan dapat dilakukan cepat tanpa persyaratan yang memberatkan. Hal itu terjadi dalam praktik rentenir yang mematok bunga tinggi dengan syarat yang mudah.
Dia pun mencontohkan, saat ini masih banyak lembaga keuangan formal mensyaratkan agunan agar pembiayaan bisa ‘cair’. Padahal, menurutnya, agunan sangat tidak tepat untuk pinjaman yang ticket size-nya kecil.
Dengan sinergi ketiga perusahaan pelat merah itu, holding akan mampu menyediakan aplikasi sederhana berbasis AI yang dapat membantu pembukuan secara digital untuk mengetahui kualitas kinerja pelaku usaha UMi.
“Jadi kewajiban agunan dapat diubah ke penjaminan tagihan yang terdata dan dapat dilacak dengan mudah oleh anggota holding melalui sistem berbasis AI tersebut. Hal itu akan menyajikan transparansi yang kuat,” terangnya.
Benny pun menekankan, pemanfaatan AI hanya sebagai pelengkap penguatan integrasi data. Dalam praktiknya, dia tetap berharap jejaring atau agen-agen holding UMi di tataran bawah harus tetap mengedepankan fungsi pemberdayaan dan pendampingan yang lebih intensif di lapangan.
“Kalau memang ada karyawan yang bertugas di daerah atau di pasar, itu dia harus kenal semua. Itu juga yang nanti akan mendorong pelaku mikro perlahan beralih ke lembaga keuangan formal. Rentenir itu merajalela karena mereka kenal dekat,” imbuhnya.
Akselerasi Inklusi Keuangan
Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan holding UMi akan menciptakan akselerasi inklusi keuangan, sehingga ke depannya memacu pertumbuhan populasi pengusaha baru di Indonesia.
Hal itu tak terlepas dari pengalaman ketiga BUMN yang terlibat holding yang selama ini memang fokus pada pemberdayaan dan pembiayaan bagi masyarakat kecil.
“Pembentukan ekosistem (melalui holding) untuk akselerasi financial inclusion dan menjangkau yang belum terlayani pinjaman. Saat ini, banyak pelaku usaha di segmen mikro dan ultra mikro yang belum tersentuh layanan jasa keuangan formal. Misalnya, untuk keperluan pinjaman modal guna memperluas dan memperkuat usaha,” kata Arsjad.
Penulis: Luki Herdian
Editor: Pahala Simanjuntak