Jakarta, PONTAS.ID – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Izzudin Farras mengatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta mirip seperti penguncian wilayah (lockdown) yang dilakukan pemerintah Australia di Melbourne, ibu kota negara bagian Victoria.
Menurutnya kebijakan tersebut terbukti tak efektif. Pasalnya, hingga saat ini, aktivitas perekonomian di Victoria belum beroperasi penuh. Sementara, pemerintah kembali memperketat pembatasan sosial karena kasus positif covid-19 terus meningkat.
“Ini kebijakan yang relatif gagal, karena PSBB atau lockdown tahap 2 sampai hari ini masih dilakukan di Melbourne Australia,” kata Izzudin, Jumat (18/9/2020).
Izzudin menuturkan Melbourne merupakan ibukota provinsi yang tipikalnya mirip seperti Jakarta, di mana kepadatan penduduk cukup tinggi dan aktivitas perekonomiannya berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Ketika kasus pertama Covid-19 muncul pada Maret 2020, pemerintah Australia juga menerapkan lockdown yang mirip dengan PSBB DKI Jakarta dengan menutup hampir sebagian besar kegiatan perkantoran kecuali beberapa sektor prioritas.
Kemudian, pada Mei hingga Juni, tingkat kasus positif Covid-19 (positivity rate) di Melbourne menurun hingga pemerintah mulai merelaksasi lockdown secara bertahap. Hal ini juga mirip seperti Jakarta yang mulai memasuki masa PSBB transisi pada Juli 2020
“Bulan Juli terjadi peningkatan kasus lagi secara signifikan di kota sehingga terjadi lockdown lokal. Kalau di sini itu PSBM itu dilaksanakan dua minggu berturut-turut namun tidak terjadi penurunan kasus karena masyarakat tidak patuh,” terang Izzudin.
Dalam lockdown tahap II ini, pemerintah Australia menerapkan beberapa kebijakan di antaranya warga yang berdomisili di sebuah jalan lingkungan tertentu harus tinggal di rumah dan menerapkan jaga jarak. Kendati demikian, bagian kota lainnya tetap dibuka seperti biasa.
Kemudian, warga hanya boleh keluar rumah untuk kegiatan esensial seperti belanja kebutuhan sehari-hari dan perawatan atau janji medis. Toko ritel juga masih beroperasi terbatas dan anak-anak sekolah harus belajar dari rumah.
“Restoran hanya boleh dibawa pulang atau diantar. Penitipan anak hanya akan tersedia untuk pekerja yang diizinkan dan pekerja yang bekerja di kantor dibatasi misalnya proyek konstruksi sekali besar dengan lebih dari 3 lantai hanya boleh work from office sebesar 25 persen,” imbuh Izzudin.
Sementara itu, konstruksi kecil tidak boleh memiliki lebih dari 5 pekerja sementara seluruh perkantoran wajib tutup mulai pukul 9 malam hingga 5 pagi. Mobilitas masyarakat juga dibatasi sejauh 5 km sejak 9 Juli hingga 13 September.
“Sejak 14 hingga 28 September orang yang tinggal sendiri diperbolehkan untuk bertemu satu sama lain tapi tetap dalam aturan pembatasan mobilitas karena pertimbangan kesehatan mental,” jelas Izzudin.
Dampak lockdown tahap II ini pun sama seperti PSBB Jakarta saat ini, yakni penurunan aktivitas perekonomian tak sebesar tahap pertama.
Selama pekan pertama lockdown di Australia, toko bahan makanan dan kimia seluruh Victoria rata-rata turun 19 persen tetapi selama minggu pertama lockdown tahap II penurunan aktivitas toko-toko tersebut kurang dari setengahnya yakni hanya 7 persen.
Penulis: Luki Herdian
Editor: Pahala Simanjuntak