Jakarta, PONTAS.ID – Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (Migas) merilis realisasi lifting migas hingga kuartal ketiga masih belum menggembirakan. Banyak insiden yang akhirnya mengganggu lifting migas di Tanah Air hingga September lalu.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan, pada tahun ini terdapat sejumlah peristiwa yang mengganggu pencapaian lifting migas, yaitu rendahnya harga gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) di pasar global, yang berdampak pada dikuranginya laju produksi gas bumi.
“‎Lifting kita terus terang harus terpukul. Harga gas rendah lebih baik menyimpan gas dari pada menjual, berdampak pada mengurangi produksi berdampak pada Bontang, Tangguh dan Donggisenoro,” kata Dwi, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Masalah berikutnya, lanjut Dwi, adalah musibah kebakaran di Sumatera membuat produksi harus dihentikan demi keselamatan. Utamanya, kata dia, yakni di Blok Rokan yang dioperasikan oleh Pertamina.
“Kedua karena kebakaran didaerah Sumatera, produksi kita di Rokan ada beberapa kita stop dulu,” tuturnya.
Masalah lainnya, sambung Dwi, yakni insiden yang terjadi di sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ). Sedianya blok tersebut berproduksi pada September lalu, namun karena adanya insiden kebocoran maka produksinya terganggu.
“Kejadian ONWJ, seharusnya ada tambahan produksi lifting migas tidak jadi. Jadi tiga hal pokok tersebut mengganggu lifting migas kita,” tandasnya.
Penulis: Riana
Editor: Stevanny