ESDM: Pakai Gross Split, Negara Hemat US$1,66 M

Ilustrasi Wilayah Kerja (WK) migas yang dikelola kontraktor /Foto: ESDM

Jakarta, PONTAS.IDWakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, mengklaim, skema kontrak kerja sama gross split yang digunakan sejak tahun 2017, berhasil menghemat biaya cost recovery.

Untuk tahun 2019, penghematannya diperkirakan sebesar US$ 1,66 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mencapai US$ 0,9 miliar. Sedangkan tahun 2020 mendatang, penghematan cost recovery diperkirakan sebesar US$ 1,78 miliar.

“Insya Allah tahun depan, kami bisa hemat cost recovery diperkirakan sebesar US$1,78 miliar (Rp24,92 triliun),” beber Arcandra, dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (3/10/2019).

Penghematan tersebut, klaim Arcandra, menyebabkan harga gas di hulu dapat lebih kompetitif.

“Kami berusaha agar hulunya (gas) juga ikut merencanakan program yang lebih kompetitif sehingga harga bisa ditekan. Tidak serendah mungkin, tapi sekompetitif mungkin,” tuturnya.

Selain penghematan melalui skema gross split, penurunan harga gas dapat terealisasi di lapangan yang belum berproduksi. Sebaliknya pada lapangan yang sudah berproduksi, penurunan harga gas sulit dilakukan.

Arcandra mencontohkan, harga gas di Lapangan Jambaran Tiung Biru. Proyek yang sempat terhenti ini, akhirnya dapat berjalan lagi setelah dilakukan pemotongan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$500 juta, sehingga harganya dapat diturunkan dari US$9 per mmbtu menjadi US$7,6 per mmbtu.

“Untuk beberapa lapangan yang perlu dikembangkan, Insya Allah kami masih ada ruang untuk menurunkannya. Tapi bagi hulu (gas) yang sudah berproduksi, (penurunan harga) kadang-kadang ini agak susah,” tutupnya.

Penulis: Ririe

Editor: Stevanny

Previous articlePolres Ogan Ilir Gandeng Ponpes Halau Paham Radikal
Next articleKembangkan PLTS, Tiga BUMN Bentuk Perusahaan Patungan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here