Soal Kasus Bowo Sidik, TKN Bantah Siapkan ‘Serangan Fajar’untuk Pemilu

Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily (jas biru), saat berbicara kepada wartawan di Media Center TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Selasa (9/10/2018)

Jakarta, PONTAS.ID – Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin membantah keterlibatan pihaknya dengan rencana ‘serangan fajar’ akan dilakukan Anggota DPR Fraksi Golkar Bowo Sidik Pangraso dengan menggunakan uang hasil korupsi.

Juru Bicara TKN Jokowi-Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily mengatakan yang dilakukan Bowo bukan arahan partai maupun TKN. Justru pihaknya menegaskan tidak memerintahkan kepada siapapun kader partai untuk melakukan serangan fajar di pemilu 2019.

“Namun yang jelas, kasus yang dialami Bowo Pangerso sekali lagi bukanlah arahan atau perintah dari strategi Partai Golkar. Kami tidak memerintahkan kepada siapapun kader Partai untuk melakukan serangan fajar yang dananya bersumber dari dana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” kata Ace kepada wartawan, Sabtu (30/3/2019).

Selain itu, Ace meminta kasus yang menjerat Bowo tidak merepresentasikan semua Caleg ingin melakukan serangan fajar. Praktik politik uang disebut terjadi dalam Pileg dan Pilkada, sehingga perlu dilakukan kajian.

“Soal dugaan ‘serangan fajar’ ini saya kira tidak merepresentasikan semua Caleg ya! Tidak semua Caleg melakukan politik uang. Bahwa ada praktek politik uang dalam Pemilihan Legislatif dan Pilkada, saya kira iya. Ada studi yang menunjukan fakta demikian. Ini harus jadi kajian mendalam bagi kita semua, para politisi, kenapa praktek politik uang itu terjadi,” jelas dia.

Menurut Ace, kasus politik uang harus dicarikan solusi agar praktik tersebut bisa dihilangkan. Sebab politik uang dapat membunuh demokrasi.

“Politik uang tidak mendidik masyarakat untuk memilih berdasarkan rasionalitas dan menumbuhkan budaya korupsi. Saya menyebutnya: money politic kills democracy. Penyebabnya tidaklah sederhana. Ada berbagai variabel yang saling terkait yang memunculkan adanya politik uang itu: faktor individual, sistem pemilu yang menyebabkan persaingan politik yang tidak sehat dan perilaku serta budaya politik masyarakat,” paparnya.

KPK menemukan uang Rp 8 miliar itu di suatu lokasi kantor yang bentuknya sudah rapi di dalam 400 ribu amplop dalam pecahan Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu. Ribuan amplop itu tertata rapi di dalam tumpukan 84 kotak kardus.

“Diduga (Bowo) telah mengumpulkan uang dari sejumlah penerimaan-penerimaan terkait jabatan yang dipersiapkan untuk ‘serangan fajar’ pada Pemilu 2019,” kata Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan mengenai sosok Bowo dalam konferensi pers di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/2019).

Penulis: Luki Herdian

Editor: Idul HM

Previous articleZulhas Minta Kader dan Pemilih PAN Harus 100 Persen Dukung Prabowo-Sandi
Next articleKampanye di Luar Jakarta, Sandi Tak Ikut Debat ke Empat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here