Kemenko Kemaritiman Selenggarakan Dialog Budaya Maritim

Jakarta, PONTAS.ID – Budaya Maritim sebagai salah satu Pilar Nawacita maupun Kebijakan Kelautan Indonesia sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden nomor 16 tahun 2017 perlu diperjuangkan hingga pada tatanan implementasi. Hal ini sangat penting dalam mengembalikan Jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyelenggarakan Kongres Budaya Nasional pada tanggal 5 sampai dengan 9 Desember 2018. Menyambut ajang kebudayaan nasional ini, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi SDM,Iptek dan Budaya Maritim menyelenggarakan Dialog Budaya Maritim Bersama praktisi, akademisi, budayawan dan media di Jakarta.

Deputi Bidang Koordinasi SDM,Iptek dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin dalam kegiatan ini menekankan bahwa mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia serta mengembalikan karakter bangsa maritim perlu mengangkat kembali sejarah dan budaya maritim.

“Apakah saat ini sudah ada gerakan sistematis untuk mengangkat budaya maritim? Kita juga harus mengangkat olahraga maritim dan penguatan budaya maritim melalui pendidikan” ujar Safri mengawali Dialog Budaya Maritim, di Jakarta, Senin ( 26/11/2018).

Safri mengatakan bahwa kurikulum kemaritiman kerja sama Kemenko Kemaritiman dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019 diimplementasikan di 34 provinsi, “Kurikulum kemaritiman merupakan bagian dari pendidikan budaya, suatu penguatan dasar. Harapan kita, Ditjen Kebudayaan Kemendibud turut memantau”.

Safri mengatakan, tantangan untuk menggaungkan kembali budaya maritim telah menjadi perhatian Kemenko Kemaritiman demi mewujudkan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia. Budaya adalah bagian dari karakter atau jati diri bangsa.

Salah satu Praktisi maritim Horst Liebner yang menjadi peserta Dialog Budaya dalam paparannya menjelaskan bahwa teknologi maritim nusantara pada masa lampau sudah sangat tinggi. Hal ini terlihat dalam catatan perjalanan kapal-kapal ekspedisi Eropa maupun artefak-artefak peninggalan kerajaan. “Catatan perjalanan kapal Portugis Flor de la Mar pernah menyerang jung (kapal) kerajaan Pasai yang panjangnya 40M. jadi lebih besar dari kapal Portugis. Kapal besar ini menggunakan kemudi samping seperti yang terlihat pada relief di candi Borobudur.”

 Komitmen Politik dan Kerja Bersama

Dr.Daniel Mohammad Rosyid dari Institut Teknologi Sepuluh November memberikan masukan untuk memperkuat Pendidikan maritim melalui jalur Pendidikan non formal seperti melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau kegiatan pesantren maritim, summer camp dan lain-lain.

Daniel mengapresiasi kegiatan tahunan Kemenko Kemaritiman yakni Ekspedisi Nusantara Jaya yang dinilainya sangat baik untuk membangun rasa cinta laut kepada generasi muda. “Remaja sekarang tidak cukup dengan dongeng, mereka harus dibawa keluar agar merasakan kehidupan di laut, di atas kapal”.

Roudhatul Jannah Siswa Kelas XII perwakilan ENJ 2017 Pelajar dari Jawa Barat juga menyampaikan apresiasinya terhadap ENJ, “Harapan saya tahun depan pelajar kembali diikutsertakan dalam ENJ, karena tahun ini, ENJ hanya menyertakan mahasiswa dan pemuda.”

Roudhatul Jannah adalah peserta ENJ dengan kapal Dewaruci pada bulan Oktober 2017 lalu. Roudhatul yang akrab dipanggil Roro mengatakan bahwa dalam tiga minggu saja peserta ENJ mampu membangun rasa toleransi dalam perbedaan, mempererat persaudaraan dan tolong menolong. Roro menambahkan bahwa pengalaman ENJ membuatnya memahami bahwa Indonesia memiliki keragaman yang luas, laut menjadi pemersatu Indonesia. “Berada di atas kapal membuat saya mengenali potensi besar kelautan. Saya yakin teman-teman saya yang mengikuti ENJ juga merasakan hal yang sama. Jangan bilang mencintai Indonesia, sebelum kamu mencintai lautan Indonesia.” tambahnya.

Ridwan Alimuddin praktisi Maritim dari Sulawesi Selatan yang juga menjadi peserta dalam Dialog Budaya ini menambahkan bahwa memperkuat budaya maritim dapat juga melalui olahraga. Praktisi yang berpengalaman dalam penyelenggaraan Sandeq race ini memaparkan dalam olah raga seperti dayung, olah raga layar terbina skill individu, kepemimpinan dan kerja sama tim. “Kita tidak akan menang apabila anggota tim mendayung ke arah yang berbeda” tuturnya, “Bahkan olahraga seperti Sandeq Race dapat menjadi sarana melestarikan tradisi perahu sandeq, turnamen olah raga prestasi juga pariwisata”. Masukan lainnya diantaranya adalah punahnya tradisi maritim nusantara salahsatunya disebabkan oleh gerakan politik seperti perjanjian Bongaya (18 November 1667). “Maka untuk mengembalikan tradisi maritim juga diperlukan komitmen politik, diperlukan dukungan pemerintah”. Ridwan juga mengatakan bahwa budaya maritim juga dapat dikembangkan dengan pemberdayaan armada sipil atau pelayaran rakyat. Berkaca pada bencana gempa bumi yang melanda Palu dan Donggala baru-baru ini, Ridwan mengatakan distribusi bantuan dapat lebih cepat bila menggunakan kapal-kapal rakyat karena saat itu akses darat tertutup, “Pelayaran rakyat seharusnya dapat mendistribusi bantuan, penerintah tidak memanfaatkan armada sipilnya yang seharusnya dapat diberdayakan.”

Budaya dan Kesejahteraan

Selain pendidikan diperlukan rekayasa politik untuk mengangkat kebudayaan besar maritim. Membangun budaya maritim harus melalui pendidikan dan memperhatikan kelestarian lingkungan, serta kearifan lokal yang mentradisi di kawasan pesisir dan pulau kecil.

Safri menegaskan yang menjadi tujuan negara adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat. Demikian pula dengan budaya maritim, budaya juga menjadi sumber daya agar rakyat lebih sejahtera. “Data dari BPS , potensi maritim kita baru 8% yang kita manfaatkan” Demikian pula dengan budaya maritim, “Kita sudah punya basic-nya. Budi daya perikanan yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan kearifan lokal, pelayaran rakyat, pariwisata dan olah raga bahari.

Kita memerlukan komitmen politik karena ini bukan kerja 3-4 tahun selesai. Ini pekerjaan panjang dan memanfaatkan potensi besarnya untuk kesejahteraan diperlukan kerja bersama,”pungkasnya.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid memaparkan bahwa dalam Kongres Budaya Nasional ide-ide yang berasal dari 277 kabupaten dan kota seluruh Indonesia akan ditampilkan dalam seni pertunjukan, seni visual, memanfaatkan teknologi digital, memanfaatkan live streaming, live comment, demi membangun partisipasi dan rasa saling memiliki.

Kongres Budaya Nasional diharapkan dapat menghasilkan naskah budaya dan strategi budaya yang konkrit. Kongres ini juga akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.

Editor: Idul HM

Previous articleMentan Akui Optimalkan Lahan Rawa Jadi Pertanian Atasi Penyusutan Sawah
Next articleATR/BPN Lakukan Rapat Evaluasi dan Proyeksi Pencapaian Kinerja Tahun 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here