Dukung Kemandirian Ekonomi, Dwi Sutjipto Soroti Tingginya Impor BBM

Mantan Dirut Pertamina Dwi Sutjipto saat berbicara kepada wartawan terkait ketahanan energi di Media Centre TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Menteng, Jakarta, Rabu (17/10/2018)

Jakarta, PONTAS.ID – Indonesia saat ini menghadapi 12 persoalan energi yang mendesak untuk dicarikan jalan keluarnya. Salah satunya, soal sumber daya energi sebagai sumber devisa negara yang seharusnya dapat mendukung kemandirian ekonomi Indonesia.

Hal ini disampaikan mantan Dirut Pertamina Dwi Sutjipto di Media Centre Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Jl. Cemara No. 19, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (17/10/2018).

“Kemudian masalah penurunan produksi dan gejolak harga minyak mentah, akses dan infrastruktur energi yang masih kurang khususnya gas, ketergantungan pada energi fosil, harga energi baru terbarukan yang belum kompetitif, impor BBM dan LPG yang kembali meningkat,” kata Dwi.

Persoalan berikutnya, lanjut Dwi, terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang masih rendah, pemanfaatan energi yang belum efisien, penguasaan iptek yang masih terbatas, kondisi geo politik dan isu lingkungan hidup, keterbatasan cadangan energi terbatas.

“Terakhir, migas sebagai penyumbang impor terbesar kedua sehingga mempengaruhi kurs rupiah dan kemampuan kita. Kami melihat banyak aspek bisa menjadi penguatan bangsa kita melalui pengelolaan energi,” imbuhnya.

Rujukannya lanjut Dwi, UUD 45 khususnya Pasal 33 ayat 3, energi harus memberikan kesejahteraan bagi rakyat dan harga BBM harus dijaga agar selevel dengan daya beli masyarakat.

5 Fokus Utama
Untuk itu, lanjut Dwi, ada 5 hal yang harus menjadi fokus pemerintah. Yang pertama masalah dalam hal minat investasi di sektor hulu migas. Pemerintah harus menciptakan iklim investasi hulu migas lebih baik.

Berikutnya lanjut Dwi, terkait cadangan yang ada dan pengelolaan sumur tua, banyak yang cadangan gas nya tidak besar dan membutuhkan teknologi tertentu untuk memanfaatkannya, “Karena itu pengguna migas di cadangan kecil perlu mendapatkan insentif untuk dapat mengelola,” kata dia.

Berikutnya, sambung Dwi, adalah dengan melakukan pengurangan impor BBM, sebab jika tidak diantisipasi akan terus membesar dan berdampang langsung pada kurs rupiah.

Kemudian, pemerintah harus membangun kilang baru, “Atau mengupgrade kilang lama untuk menaikkan kapasitas serta kualitas produksi melalui industri petrokimia,” pungkasnya.

Penulis: Stvanny Andriani
Editor: Pahala Simanjuntak

Previous articleAnies Jawab Kritikan Prasetio Soal Skybridge Tanah Abang
Next articleJaktim dan Jaksel Diprediksi Diguyur Hujan Sore Hari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here