Jakarta, PONTAS.ID – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyebut dalam Pilpres 2019 mendatang capres yang memiliki dana paling besar adalah Jokowi.
Posisi Jokowi sebagai petahana dan proyek pembangunan yang masif dinilai akan membuat para pengusaha dengan sukarela menyumbang.
Menanggapi hal itu, Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily menilai besarnya dukungan finansial yang besar bisa didapat Jokowi dikarenakan orang percaya pada Jokowi. Kepercayaan pada Jokowi itu disebutnya membuat orang dengan sukarela membantu agar Jokowi terpilih lagi.
“Itu sebetulnya karena orang merasa percaya kepada Pak Jokowi yang dinilai dapat membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Sehingga orang secara rela mau membantu agar Pak Jokowi terpilih kembali dengan memberikan sumbangan dana. Itu bagian dari partisipasi politik,” ucap Ace, Selasa (26/6/2018).
“Kalau sumbangan dana kampanye besar, itu artinya sama dengan besarnya kepercayaan masyarakat. Di negara-negara demokrasi yang sudah mapan, partisipasi dengan menyumbangkan dana ke capres didukungnya merupakan sesuatu yang biasa saja,” sambungnya.
Ace juga menyatakan semua sumbangan untuk kampanye bakal dilaporkan ke KPU dan Bawaslu. Atas dasar itu, dia menyatakan tak perlu ada yang dicurigai jika ada yang memberikan dana secara sukarela kepada Jokowi untuk kampanye.
“Soal pendanaan kampanye pilpres itu diatur secara tegas dalam UU Penyelenggaraan Pemilu. Ada pembatasan sumbangan. Ada batas maksimal dan minimal baik sumbangan perorangan maupun korporasi. Semua dilaporkan kepada KPU dan Bawaslu. Jadi, jangan terlalu curiga bahwa nanti pada saatnya ada pihak-pihak yang secara sukarela memberikan sumbangan untuk kampanye Pak Jokowi,” tutur Ace.
Lumrah Saja
Sementara itu, PAN menganggap lumrah jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut menjadi capres dengan duit terbanyak. Jangankan capres, menurut PAN, petahana di pilkada juga punya peluan besar menjadi calon dengan duit terbanyak.
“Jangankan pilpres, petahana di pilkada saja memiliki peluang paling besar. Ada banyak sebab, salah satunya karena peluang mendapatkan donasi juga paling besar,” kata Wasekjen PAN Saleh Partaonan Daulay, Selasa (26/6/2018).
Dia pun mengatakan wajar saja jika banyak yang mau menjadi donatur petahana. Saleh menyatakan tanpa adanya proyek pembangunan yang masif pun seorang petahana juga berpeluang mendapat banyak donatur karena dinilai paling berpeluang untuk menang.
“Tanpa pembangunan masif itu pun, petahana tentulah paling berpotensi memiliki dana besar. Dimana-mana hal itu sudah lumrah. Itu juga sebabnya banyak pihak yang menduga petahana paling berpeluang menjadi pemenang,” ucapnya.
“Saya kira itu rasional saja. Orang mau bantu dan mendonasi kepada pihak yang diyakini menang,” sambungnya.
Namun, Saleh mengingatkan kalau uang bukan satu-satunya faktor penentu kemenangan dalam pilpres ataupun pilkada. Dia mencontohkannya dengan pilgub DKI yang lalu.
“Tetapi harus diingat, dana besar tidaklah satu-satunya faktor penentu. Ada banyak kasus di mana petahana yang diduga paling besar memiliki dana justru kalah. Lihatlah, misalnya, pilkada DKI Jakarta. Petahana secara mengagetkan kalah dari penantangnya,” ujarnya.