Jakarta, PONTAS.ID – KSAU TNI Marsekal Hadi Tjahjanto resmi dicalonkan Presiden Jokowi sebagai calon tunggal Panglima TNI.
Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Kertopati mengapresiasi keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menunjuk KSAU TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon tunggal Panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo akan masuk masa pensiun Maret 2018.
Menurutnya, penunjukkan Marsekal Hadi sudah sesuai visi Presiden dalam Poros Maritim Dunia, maka penguatan pilar kelima untuk pertahanan maritim fokus meningkatkan kemampuan AL dan AU.
“Sesuai dengan tahapan pembangunan kekuatan maritim sudah selayaknya Alutsista AU mendapat prioritas pertama,” kata Susaningtyas melalui pesan singkat, Senin (4/12/2017).
Ia melanjutkan, kekuatan udara dibangun agar mampu beroperasi 24 jam hingga ruang udara di atas ZEE dan landas kontinen. Kemampuan tersebut sangat Dibutuhkan TNI untuk menjamin keunggulan di udara dan di laut.
“Artinya, kekuatan udara tersebut ditujukan untuk memberikan perlindungan udara atas semua operasi militer di laut,” ujar Nuning yang juga dosen dari Universitas Pertahanan (Unhan) ini.
TNI AU, sambung Nuning, memberikan jaminan air supremacy dan air superiority agar TNI AL mampu melaksanakan semua operasi di laut menjaga stabilitas keamanan maritim.
“Sudah selayaknya Panglima TNI dijabat dari TNI AU guna mewujudkan kepentingan nasional atas pertahanan maritim tersebut.
Wanita pernah duduk sebagai anggota DPR ini menambahkan, hal penting lain, TNI AU memiliki cara pandang bahwa ruang udara memiliki nilai yang sangat penting dalam mendukung program pembangunan sedang dijalankan pemerintah, nilai yang paling penting adalah nilai ekonomis. Sehinga pola gelar TNI AU mengutamakan di daerah depan yaitu Natuna, Tarakan, morotai, Biak, Merauke dan kupang.
“Dengan demikian Kita akan mampu mengawasi ruang udara dan wilayah yang ada dibawahnya mulai dari ZEE, kemampuan yang Akan Kita tingkatkan adalah kemampuan penginderaan dan penindakkan atas obyek di udara dan obyek diatas permukaan,” tegas Nuning yang juga politikus Hanura ini.
Penuhi Rasa Keadilan
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I Meutya Hafidz menilai penunjukkan Marsekal Hadi telah memenuhi rasa keadilan bagi tiap matra untuk menjadi Panglima TNI.
“Bagus ya, pertama ini memenuhi rasa kebersamaan dan keadilan di TNI, dari sisi matra angkatan udara. Semangat rotasi itu dilakukan oleh Presiden,” kata Meutya di gedung DPR, Senin (4/12).
Menurut Meutya, Hadi memiliki modal besar sebagai Panglima TNI baru karena punya kedekatan dengan Presiden Jokowi saat masih menjadi Sekretaris Militer (Sesmil) Presiden. Karir Hadi di militer terbilang cemerlang karena cepat mendapat kenaikan pangkat.
“Beliau punya modal besar karena dulu sebagai sesmil juga banyak berhubungan dengan Presiden. Sehingga mudahan-mudahan chemistry nya nanti baik dengan Presiden,” terangnya.
Proses fit and proper test Hadi sebagai calon Panglima TNI kemungkinan bisa dilakukan pada masa sidang saat ini. DPR masih memiliki waktu 2 minggu untuk menggelar fit and proper test sebelum memasuki masa reses pada 14 Desember 2017.
“Saya sudah terima informasi surat telah diterima pimpinan DPR, nama yang diajukan adalah Kasau, kita masih punya waktu 2 minggu untuk masa sidang ini, harusnya cukup untuk masa sidang ini,” tambahnya.
Peluang Komisi I untuk menyetujui Hadi sebagai Panglima TNI baru terbilang cukup besar. Alasannya, Komisi I jarang menolak nama calon Panglima TNI yang diajukan oleh presiden.
“Hampir tidak pernah ya kita menolak, apalagi kalau calon tunggal kita yakini bahwa Presiden sudah memikirkan matang-matang sekali calonnya,” ungkapnya.
Alasan lain, hubungan antara Komisi I dengan Hadi sangat baik. Meski demikian, Komisi I akan tetap mengecek dan memverifikasi berkas-berkas seperti rekam jejak Hadi dari pihak Istana.
“Kalau TNI berbeda dengan Polri, TNI kan dipilihnya dari kepala staf. Kami sudah terbiasa dan sering komunikasi dengan Pak Hadi. Jadi saya rasa, tidak terlalu ada masalah,” tukas Meutya.
Cakap dan Berintegritas
Dari istana, Juru Bicara Kepresidenan, Johan Budi Sapto Prabowo mengatakan pemilihan Hadi Tjahjanto oleh Presiden Jokowi karena sosok KSAU memiliki kecakapan dan integritas memimpin TNI.
“Marsekal Hadi dianggap mampu dan cakap, serta memenuhi syarat menjadi Panglima TNI sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI,” kata Johan Budi.
Selebihnya, lanjut Johan, hanyalah alasan bersifat normatif.
Sementara itu Jendera Gatot Nurmantyo enggan berkomentar panjang soal penunjukkan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai suksesor Panglima TNI.
“Yang lebih tahu bukan saya, yang lebih tahu adalah Presiden,” ujar Gatot di markas besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (4/12/2017).
Dia meyakini, Presiden akan memilih calon Panglima dengan mempertimbangkan tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang.
“Karena Presiden yang akan menggunakan Panglima yang menggantikan saya berdasarkan tantangan tugas ke depan. Jangan tanya kepada saya tapi tanya ke Presiden. Karena dia yg akan menggunakan,” jelas Gatot.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan pihaknya sudah mengantongi surat pergantian Panglima TNI. Diakuinya Jenderal Gatot Nurmantyo akan diberhentikan dengan hormat dan pengangkatan KSAU Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI.
“Tadi pagi saya menerima Menteri Sekretaris Negara Prof Pratikno, menyampaikan surat dari Presiden tentang rencana pemberhentian dengan hormat Jenderal Gatot Nurmantyo dan pengangkatan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI yang baru,” ujar Fadli, Senin (12/4/2017)
Bukan panglima tni baru tapi panglima baru tni