Medan, PONTAS.ID – Putri Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kahiyang Ayu diberi gelar “Namora Pinayungan Hasayangan” sementara suaminya, Bobby Afif Nasution diberi gelar “Sutan Porang Gunung Baringin Naposo.”
Pemberian gelar ini dilaksanakan sesaat sebelum kedua mempelai menerima ulos dari Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi, saat prosesi puncak pesta pernikahan adat Mandailing, Kahiyang dan Bobby di perumahan Bukit Hijau Regency Taman Setia Budi, Medan, Sabtu (25/11/2017).
Presiden dan Ibu Iriana selanjutnya menyematkan ulos godang kepada Bobby dan Kahiyang sebagai simbol untuk selalu rukun dan damai dengan filosofi ulos pada musim kemarau dapat berfungsi untuk memayungi dan pada musim hujan dapat menjadi selimut.
Tidak ketinggalan Presiden Jokowi dan Ibu Iriana juga melemparkan beras kuning kepada kedua pengantin sebagai tanda kemakmuran.
Kahiyang dan Bobby sebelumnya sudah melakukan prosesi Iparidion yaitu “siraman” oleh keluarga mempelai laki-laki. Keduanya dimandikan di replika sungai di depan rumah Bobby sebelum naik ke pelaminan. Filosofi dari proses itu adalah menjadi tanda bahwa Bobby dan Kahiyang sudah menjadi suami istri yang disimbolkan dengan raja dan ratu yang mandi di air terjun.
Setelah itu dalam prosesi “Mangupa Tondi dohot Badan”, kedua pengantin diberi makan nasi, ayam, ikan, dan telur oleh para tetua raja Siregar, yang juga memberi mereka nasihat.
Saling Menjaga
Sebelumnya, Presiden juga telah memberikan “ajar poda” atau nasihat kepada kedua mempelai, “Sebagai orang tua, saya juga akan memberikan ajar poda sebagai bekal bagi Ananda berdua dalam menjalani kehidupan ke depan. Ananda Bobby dan Kahiyang, dalam rangkaian upacara adat tadi, Ananda berdua telah menerima banyak nasihat dari para tetua adat dan keluarga,” kata Presiden.
“Ananda berdua mempunyai kewajiban untuk saling menyayangi, saling mencintai, saling menghormati, dan saling menjaga tanggung jawab masing-masing,” katanya.
Kepada putri dan menantunya, ia mengatakan bahwa tanggung jawab keduanya juga mencakup tanggung jawab sosial kepada keluarga, kepada masyarakat, kepada agama, serta kepada bangsa dan negara.
“Kita diajarkan Holong do maroban domu, domu maroban parsaulian, kasih sayang membawa persatuan, persatuan membawa kebaikan bersama,” katanya.
Petuah Presiden itu pun diungkapkan dalam empat pantun, “Pantun hangoluan, teas hamatean. Untuk hidup bahagia harus menjaga sopan santun. Jika tidak menjaga sopan santun, maka malapetaka akan datang,” kata Presiden.
Pantun keduanya, suan tobu di bibir, dohot di ate-ate, artinya manis bukan hanya di mulut, tetapi juga di hati. Kebaikan yang dikatakan juga kebaikan yang dilakukan dengan sepenuh hati.
“Yang ketiga, tangi di siluluton, inte di siriaon. Jika ada kemalangan, walaupun tidak diundang, kita wajib berupaya untuk datang dan menolong. Namun demikian, jika ada kegembiraan, kita hanya wajib datang kalau diundang,” kata Presiden yang disambut dengan tepuk tangan para undangan.
Terus Bersaudara
Pantun keempatnya, bahat disabur sabi, anso adong salongon, yang artinya kalau kita banyak menanam, maka kita akan banyak memetik hasilnya.
“Artinya, banyak-banyaklah berbuat kebaikan, agar Ananda memetik kebahagiaan,” ungkap Presiden yang disambut dengan horas oleh keluarga yang hadir di tempat acara.
Presiden juga mengucapkan terima kasih atas penerimaan, keramahtamahan, dan sambutan yang luar biasa kepada dia dan keluarga, termasuk pemberian marga Siregar kepada putrinya, Kahiyang Ayu.
“Saya yakin persaudaraan kita akan terus berlanjut dan membawa berkah kepada kita semuanya, kepada masyarakat, kepada bangsa dan negara,” tambah Presiden.
Presiden menyampaikan nasihatnya setelah Bobby dan Kahiyang “mangupa-upa” (diberikan makanan) dan mendapat gelar adat yang didalamnya berisi nasihat dan doa. (Knt)
Editor: Hendrik JS