Proyek Strategis Terancam Mangkrak, Gibran Sesunan: Tentukan Prioritas!

Presiden Jokowi saat meninjau progres pembangunan KCJB, di Purwakarta, Jawa Barat, Senin (17/1/2022) //Foto: Setkab

Jakarta, PONTAS.ID – Direktur Eksekutif Pusat Kajian Infrastruktur Strategis (PUKIS), Gibran Sesunan mengingatkan potensi mangkraknya proyek-proyek strategis pemerintah.

“Sorotan utama tentu saja Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) karena proyek ini telah molor berkali-kali disertai pembengkakan biaya (cost overrun) yang luar biasa,” ujar Gibran Sesunan, dalam siaran pers dari Yogyakarta, Senin (18/7/2022).

Bahkan, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR RI, PT KAI (Persero) kata Gibran mengakui bahwa proyek ini kemungkinan terhenti dan target operasionalnya kembali tertunda apabila PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tidak segera menerima suntikan modal dari negara.

Proyek yang disorot berikutnya adalah pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Terdapat sejumlah KEK dan KI yang cenderung jalan di tempat tanpa kemajuan yang signifikan. “Di lokasi hanya terpasang plang, namun tidak ada pembangunan sarana dan prasana serta tidak ada investasi yang masuk, contohnya di KEK Bitung,” kata Gibran.

Menurut Gibran, masalah di KEK Bitung menimbulkan kerugian yang besar. Selain minimnya manfaat ekonomi bagi masyarakat maupun daerah, PT Jasa Marga (Persero) Tbk pun mengeluhkan volume lalu lintas Jalan Tol Manado-Bitung yang terlampau rendah.

“Sementara biaya operasional sangat tinggi sehingga membuat tekor kas BUMN. Padahal tol ini dibangun untuk mendukung KEK Bitung, sementara KEK-nya sendiri malah tidak berjalan,” bebernya.

Bersaing dengan Sesama
Terakhir, terdapat proyek pelabuhan yang digadang-gadang menjadi hub internasional, namun malah bersaing dengan sesama pelabuhan di dalam negeri. Contohnya, Pelabuhan Kuala Tanjung dengan Pelabuhan Belawan serta Pelabuhan Patimban dengan Pelabuhan Tanjung Priok.

“Pangsa pasarnya cenderung sama sehingga pelabuhan-pelabuhan yang lokasinya berdekatan terkesan bersaing satu sama lain dan menjadi sulit berkembang,” terang Gibran.

Gibran berpendapat, pemerintah mesti lebih fokus dan perlu segera menentukan prioritas sehingga nantinya pelabuhan kita mampu menandingi pelabuhan-pelabuhan milik negara lain.

Alternatifnya, pemerintah perlu mengatur strategi pengembangan pelabuhan agar bisa saling mendukung, bukan malah berkompetisi.

Waktu Berbenah
Terlepas dari potensi mangkrak tersebut, PUKIS menilai masih ada waktu bagi pemerintah untuk berbenah. “Waktunya sangat sempit, hanya sekitar dua tahun, sehingga perlu dimaksimalkan. Apalagi, 2024 merupakan tahun politik, biasanya konsentrasi pemerintah sudah mulai terpecah,” imbuh Gibran.

“Jika tidak ada upaya pembenahan dan percepatan sejak saat ini, proyek-proyek tersebut akan menjadi noktah merah bagi pemerintahan Jokowi dan tentunya menjadi beban bagi pemerintahan mendatang,” pungkas Gibran.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan tidak akan ada proyek mangkrak di akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2024 nanti.

Hal itu disampaikan Luhut dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) di Jakarta, Jumat (15/7/2022).

Penulis: Rahmat Mauliady
Editor: Fajar Virgyawan Cahya

Previous articleIdris Laena: Tidak Hanya Sekadar Bertanding Namun Juga Menjalin Persahabatan Antar Anak Bangsa
Next articleSarasehan di Uniku, Budi Muliawan: Mahasiswa Harus Persiapkan Diri Sebagai Calon Pemimpin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here