Fokus Garap Energi Hijau, Ini 3 Program Prioritas Pertamina

Jakarta, PONTAS.ID Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, optismistis untuk bisa menyetop impor liquefied petroleum gas atau LPG pada 2027 dengan program gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether.

Nicke menuturkan, Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) akibat masih tingginya impor energi. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya domestik besar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi.

Nicke mengklaim, Pertamina telah memiliki tiga program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau. Nicke bilang, untuk pengurangan ketergantungan pada impor LPG, Pertamina menjalankan proyek gasifikasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang akan menggantikan penggunaan LPG di dalam negeri.

“Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan batubara terbesar berpeluang baik untuk melakukan gasifikasi batu bara menjadi DME. Kami yakin dengan pengembangan DME ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor LPG pada tahun 2027,” kata Nicke, dalam keteranganya, Senin (17/5/2021).

Selain pengurangan impor LPG, Pertamina telah menjalankan program penurunan impor BBM jenis Solar, melalui implementasi Biodiesel B20 sejak sejak tahun 2016 dan dilanjutkan dengan B30 pada 2019.

“Dengan program ini, Pertamina telah berhasil mengurangi impor solar secara signifikan. Bahkan mulai April 2019, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor BBM jenis solar,” paparnya.

Nicke melanjutkan bahwa program ketiga yaitu penurunan impor BBM jenis Gasoline atau bensin, Pertamina akan mencampur metanol dan etanol. Metanol dapat diproduksi dari natural gas ataupun gasifikasi batu bara dan Etanol pun dapat diproduksi dari gasifikasi batu bara ataupun sumber bio-etanol lainnya.

Sementara itu, untuk menjamin keberlangsungan dari lini bisnis yang ada dan mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batu bara ini, tambah Nicke, secara bersamaan Pertamina juga menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menekan emisi karbon dan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas negara.

Pertamina telah menjajaki potensi kerjasama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerjasama study CO2 injection di lapangan eksplorasi Gundih dan di lapangan eksplorasi Sukowati berkolaborasi dengan beberapa mitra lain.

“Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek DME, Pertamina yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45 persen,” pungkasnya.

Penulis: Riana

Editor: Rahmat Mauliady

Previous articleRestrukturisasi BATAN Harus Dilakukan dengan Hati-hati
Next articleKebut PSN, PUPR Mulai Kerjakan Bendungan Ameroro di Sultra

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here