Daya Saing RI Turun Karena Produktivitas Rendah

Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani

Jakarta, PONTAS.ID – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai penurunan peringkat daya saing Indonesia versi World Economic Forum (WEF) terjadi karena produktivitas sumber daya manusia (SDM) kalah bersaing dengan negara lain.

Sebelumnya, laporan WEF bertajuk The Global Competitiveness Report 2019 mencatat peringkat daya saing Indonesia berada di posisi 50 dari sebelumnya 45. Posisi Indonesia sebelumnya kini diisi oleh Bahrain dan tertinggal dari negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.

Ketua Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan produktivitas SDM lokasi masih di bawah standar kebutuhan industri. Tak heran, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin menjadikan peningkatan kualitas SDM sebagai fokus pembangunan lima tahun ke depan.

“Daya saing turun karena masalah produktivitas. Kalau masalah lain sudah membaik dan skor ini bukan turun tetapi negara-negara lain lompatannya lebih tinggi dan reformasinya lebih cepat,” ungkap Rosan di Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Bahkan, sebelum menjadikannya sebagai fokus pembangunan, Jokowi juga sudah mulai menjalankan program vokasional dan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tujuannya, kata Rosan, tak lain dan tak bukan demi meningkatkan kualitas SDM yang masih tertinggal dari negara-negara lain.

“Masalah produktivitas perlu dibenahi agar tidak terjadi mismatch antara tenaga kerja yang dibutuhkan dan tenaga kerja yang siap kerja. Ini tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri tetapi juga dengan dunia usaha,” katanya.

Di sisi lain, ia menilai persoalan lain yang juga mempengaruhi tingkat daya saing Indonesia, yaitu tingkat produktivitas yang kadang tak sesuai dengan upah pekerja. Maka dari itu, pengusaha meminta pemerintah untuk melihat kembali aturan ketenagakerjaan dan pengupahan.

Sebab, urusan produktivitas, upah, dan daya saing pada akhirnya akan mempengaruhi nilai investasi yang masuk ke Tanah Air. “Kalau investasi tidak ada yang masuk, penyerapan tenaga kerja juga kurang, sehingga kami harus cari balance (keseimbangan) dan itu memang harus disempurnakan dengan perhatian dari kepentingan pengusaha dan tenaga kerja,” jelasnya.

Sebagai informasi, dalam laporan WEF, puncak peringkat daya saing ditempati oleh Singapura. Negeri Singa itu berhasil menggeser Amerika Serikat yang menjadi peringkat pertama pada tahun lalu.

Setelah Singapura dan AS, ada Hong Kong di posisi ketiga. Kemudian diikuti oleh Belanda, Swiss, Jepang, Jerman, Swedia, Inggris, dan Denmark. Sedangkan Malaysia berada di peringkat ke-27, China ke-28, Filipina ke-64, Vietnam ke-67, dan India ke-68.

Secara terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan penyebab rendahnya produktivitas SDM di Indonesia adalah jadwal libur yang terlalu banyak.

“Hari libur di Indonesia terlalu banyak. Kalau industri padat karya yang mereka keluhkan adalah hari libur Vietnam cuma 11 hari, sementara kita lebih dari 20,” ujarnya.

Penulis: Luki Herdian

Editor: Hendrik JS

Previous articleKemenperin Dorong SDM Industri Garam
Next articleKementerian PUPR Bangun Sistem Pengelolaan Air Limba di Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here