Jakarta, PONTAS.ID – Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, mengatakan percepatan penerapan kendaraan listrik di Indonesia akan membuat bisnis pom bensin milik PT Pertamina terancam.
Pasalnya, kata dia, motor dan mobil listrik nantinya hanya akan membutuhkan baterai listrik berbahan litium. Dengan demikian, dampaknya, jumlah SPBU akan berkurang.
“Mungkin nanti yang terjadi bukan lagi stasiun pengisian pompa bensin, yang kemudian stasiun pengisian kendaraan listrik, bukan itu barang kali. Karena tidak mungkin orang mengisi baterai 1-2 jam di pom bensin atau pom listrik, yang ada adalah orang kasih akinya. Akinya diisi, mirip tabung gas melon itu,” kata Rhenald, di Gedung Dhanapala, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Rhenald melanjutkan, ke depan industri komponen mobil juga akan tergantikan dengan industri komponen mobil listrik yang dikenal lebih simpel.
“Dapatkah Anda bayangkan apa yang terjadi dengan Pertamina? apa yang terjadi nanti kalau kendaraan semakin hari semakin banyak mobil berbahan bakar listrik. 40 sampai 60 persen komponen kendaraan yang sudah ada industrinya barangkali sudah tidak relevan lagi. Karena industri kendaraan berbasis listrik itu sangat simpel,” tukas Rhenald.
Sebaliknya, kata Rhenald Kasali, industri listrik nantinya akan diuntungkan dengan adanya kendaraan listrik. Kondisi tersebut juga akan membuat perusahaan menciptakan baterai yang memiliki harga yang mampu bersaing di pasaran.
Bayangkan, apa akibat dari perpres percepatan kendaraan listrik? Kalau kemudian nanti di Morowali, Indonesia berhasil memproduksi baterai berbahan litium, nanti harga baterainya semakin hari pasti semakin murah,” tuntasnya.
Penulis: Riana
Editor: Stevanny