Jakarta, PONTAS.ID – Imbas dari pengemudi yang mogok kerja sejak Hari Jumat (5/7/2019) kemarin, pihak manajemen Perum Damri meminta maaf atas layanan bus Damri untuk trayek Bandara Soekarna-Hatta (Soetta) yang tak bisa beroperasi secara normal.
“Manajemen Perum DAMRI menyampaikan permohonan maaf bahwa hari ini layanan DAMRI untuk trayek-trayek Basoetta mengalami gangguan sebagai imbas dari pengemudi yang mogok kerja,” kata Sekretaris Perusahaan Damri Restiti Sekartani, Sabtu (6/7/2019).
Dia meyakini ada segelintir provokator yang mendalangi demo, karena sudah mengarah pada tindak anarkis dengan menyerang salah seorang pejabat Damri. Padahal, pejabat tersebut ingin menemui pendemo untuk menjelaskan kebijakan perusahaan dan mencari titik temu.
Sebenarnya, jelas Restiti, demo pengemudi itu berlangsung kemarin. Tuntutannya agar helper-helper alias kenek bus direkrut kembali oleh Damri, dan kembali diposisikan di dalam bus. Padahal katanya, Damri melakukan hal ini untuk mengembangkan pelaksanaan e-ticketing.
“Damri sedang terus mengembangkan dan melaksanakan penggunaan electronic ticketing system. E-tiket, bukan hanya merupakan pilihan tetapi suatu keharusan. Teristimewa di Bandara Soekarno Hatta,” ujarnya.
Selain itu, Restiti mengungkapkan alasan Damri memberlakukan e-ticketing ini untuk menyesuaikan PT Angkasa Pura II yang telah semakin gencar dengan digitaliasi.
“Kebijakan Damri tentunya selaras dengan kebijakan AP II dan tuntutan jaman,” tutur dia.
Dengan sistem e-ticketing ini, layanan helper di dalam bus sudah tidak diperlukan. Tapi Restiti meyakinkan layanan helper tidak pernah hilang dari Damri. Layanan helper hanya pindah dari dalam bus ke luar bus. Helper-helper ini akan disiagakan untuk membantu pelanggan DAMRI di titik-titik pemberangkatan dan titik-titik kedatangan.
Di lain pihak, Damri katanya juga melakukan pembenahan status helper dari kondisi tanpa ikatan kerja menjadi pegawai dengan status sesuai aturan pemerintah. Sebab, selama ini pengemudi yang merekrut helper. Setelah dilakukan tes, hanya 90 orang yang lulus.
“Yang lulus tes seharusnya bisa langsung bekerja, namun mereka mengundurkan diri, terprovokasi oleh rekan-rekannya yang tidak lulus dan melakukan protes,” tukasnya.
Penulis: Risman Septian
Editor: Stevanny