Genjot Produksi, Wamen Arcandra Lirik ‘Dead Stock’ Minyak Mentah

Wamen ESDM Arcandra Tahar saat meninjau Saka Energi Indonesia bersama Dirjen Migas Djoko Siswanto dan Wakil Kepala SKK Migas Sukandar di Gresik, Sabtu (8/9/2018)

Jakarta, PONTAS.ID – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebutkan Indonesia memiliki sekitar 3,6 juta barrel minyak bumi dengan status dead stock yang hingga kini belum bisa diolah dan tidak termanfaatkan.

“Tujuan utama kita kesini untuk melihat dead stock,” kata Arcandra saat meninjau Onshore Processing Facility (OPF) PT Saka Energi Indonesia bersama Dirjen Migas Djoko Siswanto dan Wakil Kepala SKK Migas Sukandar di Gresik, Sabtu (8/9/2018)

Dead stock crude oil ini terdapat pada tanki-tanki fasilitas produksi migas milik Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dead stock atau unpumpable stock adalah volume produk minyak mentah hasil pengeboran yang mengendap di dalam tanki dan tidak dapat dipompa untuk disalurkan, sehingga tidak dapat termanfaatkan.

Arcandra menginginkan agar volume stok crude oil yang selama ini mendendap (dead stock) dapat dimanfaatkan untuk dijual dan menambah penerimaan negara di sektor migas.

“Pemerintah menginginkan stok-stok yang selama ini tidak bisa dipompa, diam di tangki, itu bisa kita bersihkan dan bisa kita jual. Sehingga yang dinamakan dead stock yang selama ini diam, menjadi bermanfaat,” ujarnya.

“Angka dead stock kita sekarang sekitar 3,6 juta barrel di seluruh Indonesia. Nah, ini mampu ngga kita kurangi pada level yang reasonable,” kata Arcandra.

Kurangi Pendapatan Negara
Selama ini, lanjut Arcandra, untuk wilayah kerja migas dengan kontrak bagi hasil skema cost recovery, dead stock berpotensi dibebankan pada biaya yang harus dibayarkan oleh negara. Hal ini tentu tidak efisien dan berpotensi mengurangi PNBP migas dari kelebihan pembebanan cost recovery.

Arcandra optimis dari sisi teknologi, KKKS di Indonesia mampu untuk mengkonversi dead stock ini menjadi produk yang bermanfaat dan bisa dijual.

“Karena isunya bukan masalah teknologi dan isu teknikal engineering. Hasil dari dead stock yang sudah diambil bisa dibawa ke kilang-kilang di dalam negeri untuk diolah kembali,” ungkapnya.

“Teknologinya ada, dari beberapa opsi nanti kita evaluasi mana yang secara teknologi feasible (layak) dan secara keekonomian masuk,” pungkas Arcandra.

Editor: Hendrik JS

Previous articleNTB Bangkit, Bersolek Diri Untuk Menyambut Wisatawan
Next articleJabodetabek Diprediksi Cerah Berawan Hari Ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here