Sawah Banyak Beralih Fungsi, Warga Sidorjo Minta Bupati Ambil Kebijakan

Lahan Pertania, (Foto: Ist)

Jakarta, PONTAS.ID – Kholik langsung mengacungkan tangan saat dibuka sesi tanya jawab di sela acara Panen Raya bersama Bupati dan sejumlah pejabat Sidoarjo di Desa Kedungkembar, Kecamatan Prambon, Sidoarjo, Selasa (24/7/2018).

Begitu diberi kesempatan, petani asal Desa Pilang, Kecamatan Prambon ini menyampaikan keluhannya tentang banyaknya lahan pertanian yang terus berkurang.

“Pabrik-pabrik terus bertambah dan dibangun di area pertanian. Lahan pun semakin menyusut,” katanya di depan para pejabat dan ratusan orang yang hadir di acara itu.

Di Desa Pilang saja, dia menyebut jika dulu ada sekitar 90 hektar lahan, sekarang tinggal sekitar 30 hektar saja.

“Terus apa gunanya ada bantuan alat pertanian dan sebagainya kalau lahannya tidak ada,” keluh dia.

Menanggapi itu, Bupati Sidoarjo Saiful Ilah mengakui bahwa industrialisasi di Sidoarjo sangat pesat kemajuannya. Dia juga mengakui bahwa lokasinya banyak mengambil area pertanian.

“Tapi lahan pertanian tetap harus dipertahankan. Di Sidoarjo, sampai tahun 2028 mendatang diperkirakan lahan pertanian tinggal 12.205 hektar. Ini harus dijaga. Jangan semua berubah jadi industri,” urainya.

Diakui juga oleh bupati, fenomena seiring pesatnya industrialisasi juga berdampak pada minimnya minat warga untuk bertani. Anak-anak lebih memilih kerja di pabrik atau di sektor-sektor lain ketika mulai beranjak dewasa.

“Beda dengan dulu, meskipun jadi guru, jadi polisi atau jadi apapun tetap bertani. Karena itu, pemerintah melakukan upaya-upaya pendampingan di sektor pertanian agar minat warga untuk bertani tetap ada,” lanjutnya.

Di hadapan para petani, Saiful Ilah berulang kali pesan agar jangan ada lahan pertanian yang tidur atau tidak ditanami. Meskipun lahan sudah dibeli investor, harus tetap ditanami selama lahan itu belum dipakai oleh pembelinya.

“Kalau tidak boleh, bilang ke saya. Biar saya yang datangi investornya supaya mengizinkan,” tukas dia.

Warga lain yang mendapat kesempatan bertanya malah mengeluh di depan banyak orang. Yakni terkait murahnya nilai beli gabah petani oleh Bulog.

“Kok lebih mahal dibeli tengkulak daripada dibeli Bulog,” keluh seorang petani yang disambut aplaus para hadirin.

Menanggapi ini, perwakilan Bulog yang juga hadir di acara tersebut menyampaikan bahwa tugas Bulog adalah stabilisasi harga.

“Kami beli ada aturannya. Misalnya sekarang, harga beli ke petani Rp 4.030 naik 10 persen dari sebelumnya. Tapi jangan khawatir, kalau gabah petani tidak laku dijual, kami yang beli. Bulog pasti membeli gabah petani,” jawabnya.

Komandan Kodim 0816 Kolonel Inf Fadli Mulyono yang juga sebagai komandan ketahanan pangan Sidoarjo menyampaikan bahwa area pertanian di Sidoarjo luasnya 22.250 hektar.

Dari jumlah itu yang bisa ditanami setahun dua kali atau lebih seluas 16.676 hektar. Sedangkan yang cuma bisa ditanami sekali dalam setahun ada 841 hektar. Sementara yang tidak bisa ditanami padi mencapai 4.733 hektar.

“Dari hasil realisasi pendampingan Kodim 2014 sampai Maret 2018 rata-rata bisa memenuhi target yang ditetapkan nasional. Di kisaran angka 100-109 persen,” kata Fadli Mulyono.

Sedangkan target luas tanam dari April-September 2018 sebesar 15.345 hektar, sampai Juli baru terealisasi sebanyak 11.978 hektar atau sekitar 78 persen. “Mudah-mudahan pada September nanti bisa selesai sesuai target,” harapnya.

Editor: Idul HM

 

Previous articleGojo Diminta Perjuangkan Jokowi 2 Periode
Next articleDirugikan Putusan MK, DPD Lapor Ke Dewan Etik

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here