Era Digital, Kemenperin Prioritaskan Lima Sektor Industri

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara./Foto:Humas Kemenperin

Jakarta, PONTAS.ID – Kementerian Perindustrian telah menyusun roadmap (peta jalan) Industry 4.0 dengan menetapkan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan dan prioritas dalam pengembangannya. Hal ini selaras dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2015.

“Kelima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, otomotif, elektronika, tekstil, dan kimia. Jadi lima sektor industri ini yang akan fokus dikembangkan oleh pemerintah dalam menghadapi era digital yang perkembangannya sangat cepat,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara, kepada PONTAS.ID dari keterangan tertulis Humas Kemenperin, Jumat (22/3/2018).

Ngakan menjelaskan, kelima sektor industri yang diunggulkan untuk memasuki Industry 4.0 tersebut, selama ini berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Misalnya, industri makanan dan minuman yang memiliki pangsa pasar dengan pertumbuhan mencapai 9,23 persen pada tahun 2017. Selain itu, menjadi penyumbang terbesar dalam PDB industri nonmigas hingga 34,33 persen tahun 2017.

“Peranan industri makanan dan minuman juga tampak dari sumbangan nilai ekspor produknya, termasuk minyak kelapa sawit yang mencapai USD31,7 miliar pada tahun 2017 dan mengalami neraca perdagangan surplus bila dibandingkan dengan nilai impornya sebesar USD9,6 miliar,” papar Ngakan.

Bahkan, menurut Ngakan, transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor industri yang telah meningkatkan pendapatan per kapita dan mengantarkan masyarakat Indonesia dari masyarakat agraris menuju masyarakat ekonomi yang mengandalkan proses peningkatan nilai tambah berbasis industri, nantinya juga bakal diakselerasi oleh perkembangan teknologi digital.

“Terlebih lagi, peluang pembangunan ekonomi digital di Indonesia sangat besar, antara lain karena tahun 2030 jumlah penduduk usia produktif akan mencapai di atas 60 persen, internet telah menjangkau lebih dari setengah populasi Indonesia, peningkatan jumlah kelas menengah diperkirakan mencapai 135 juta orang, dan peningkatan permintaan produk digital,” sebutnya.

Jadi, industri manufaktur masih dan akan terus menjadi penyokong utama perekonomian Indonesia, yang tidak akan serta merta digantikan oleh sektor jasa. Sektor industri manufaktur senantiasa diperkuat untuk mencapai Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2035. “Tentunya hal ini dapat dicapai apabila semua komponen bangsa bekerja sama untuk membangun industri yang kuat, berdaya saing, berkelanjutan dan inklusif,” tegas Ngakan.

Selain itu, industri berkontribusi terhadap penerimaan negara sebesar Rp335 triliun melalui pajak penghasilan nonmigas dan penerimaan cukai. Sementara, dilihat dari neraca perdagangan nonmigas Januari 2018, tercatat Indonesia mengalami surplus sebesar USD182,6 juta, di mana ekspor nonmigas mencapai USD13,16 miliar dan impornya sekitar USD12,98 miliar.

Kemenperin mencatat, industri manufaktur terus berperan sebagai penopang utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Contohnya, kontribusi terhadap nilai ekspor Indonesia sebesar 74,10 persen dan menyerap tenaga kerja lebih dari 17 juta orang atau 14,05 persen dari tenaga kerja di sektor ekonomi.

Previous articlePemprov DKI Tutup Semua Unit Usaha Alexis
Next articleTertibkan Tempat Hiburan, DKI Diminta Perbaiki Mental PNS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here