Jakarta, PONTAS.ID – Menanggapi keluhan karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terkait kebijakan dan kinerja perusahaan, Direktur Operasi Garuda Triyanto Moeharsono mengklaim telah melakukan beberapa kali berkomunikasi dengan Serikat Pekerja (SP) Garuda Indonesia Bersatu.
“Sudah mulai mengerucut. Artinya, apa yang diinginkan sudah kami kembalikan sesuai aturannya, dan memang ini butuh waktu. Artinya in process, sehingga saya pikir tidak berapa lama lagi, kami akan in line dengan apa yang diharapkan,” jelas Triyanto dalam konferensi pers di kawasan Thamrin, Selasa (23/1/2018).
Tiyanto menjelaskan, akar utama permasalahan ini berawal dari perubahan jam kerja dan istirahat bagi pilot akibat kondisi perusahaan yang saat ini kekurangan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga perusahaan bernegosiasi dengan Asosiasi Pilot Garuda (APG).
“Jadi kami negosiasi, ‘Boleh tidak kami kurangi dulu 1 hari lah? Misalnya dalam sebulan. Tentunya dengan kompensasi.’ Alhamdulillah, mereka mereka setuju untuk melakukan ini untuk perusahaan,” terangnya.
Triyanto menambahkan, setiap pilot Garuda memiliki jatah libur sebanyak 8 hari dalam sebulan. Namun, dengan penyesuaian ini, jatah libur tersisa 7 hari dalam sebulan, “Jadi, dengan persetujuan dari pihak pilot, maka manajemen tetap memberlakukan aturan baru itu,” kata dia
Masalah kekurangan SDM kata Triyanto, terjadi karena proses pembentukan tak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Di sisi lain, perusahaan tengah menambah armada dan rute penerbangan, sehingga terpaksa mengambil keputusan pengurangan jatah libur pilot.
“Ekspansi perusahaan yang cukup besar tidak dibarengi dengan penyediaan SDM. Sedangkan untuk mencetak penerbang butuh waktu satu tahun,” katanya.
Namun, menurutnya, manajemen tidak menerima keluhan bahwa pihak SP keberatan dengan penambahan armada dan masalah lain, “Tidak ada. Armada kami sesuaikan. Jadi kalau pertanyaan bahwa kenapa kami delay, kami tidak mau juga pesawatnya datang tapi kru belum siap,” pungkasnya.
Editor: Hendrik JS