Jakarta, PONTAS.ID – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo bersama Wakil Ketua National Committee of The Chinese People’s Political Consultative Conference (CPPCC) sekaligus Ketua Komite Sentral Partai Zhi Gong Tiongkok H.E. Mr. Jiang Zuojun menjajaki kerjasama antara MPR RI dengan CPPCC. MPR RI akan melakukan studi banding ke CPPCC untuk mempelajari perumusan, perealisasian, sekaligus keberhasilan Tiongkok menjalankan program pembangunan mikro dan makro dengan jangka waktu 5 tahun, 15 tahun, hingga 100 tahun. Sebagai bahan pertimbangan MPR RI menyusun Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) sebagai bintang/pedoman penunjuk arah pembangunan Indonesia.
“Program pembangunan mikro dan makro tersebut merupakan kekuatan Tiongkok bisa menjadi negara besar dunia. Bahkan pada periode tahun 1970an/1980an saja, Tiongkok telah memiliki rencana pembangunan hingga tahun 2050, yakni pada saat usia kemerdekaan Tiongkok memasuki usia ke-100 tahun,” ujar Bamsoet usai menerima Wakil Ketua National CPPCC sekaligus Ketua Komite Sentral Partai Zhi Gong Tiongkok H.E. Mr. Jiang Zuojun, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Gedung Nusantara III MPR RI, Jakarta, Senin (11/9/2023).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, sasaran pembangunan mikro dan makro di Tiongkok terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama mewujudkan masyarakat Tiongkok yang sejahtera. Tahap kedua Tiongkok menjadi negara maju. Serta tahap ketiga Tiongkok menjadi negara modern. Tiga tahap tersebut memakan waktu 100 tahun dari mulai kemerdekaan Tiongkok pada 1 Oktober 1949 hingga perayaan ulang tahun ke-100 pada 1 Oktober 2050.
“Dalam fifth plenary session of the 19th Central Committee of the Communist Party of China (CPC) yang ditutup pada 29 Oktober 2020, Tiongkok telah merumuskan Rencana Lima Tahun ke-14 (2021-2025) serta Tujuan Jangka Panjang 15 tahun pada 2035. Salah satu tujuan yang akan dicapai pada tahun 2035 tersebut adalah Tiongkok menjadi negara dengan kekuatan ekonomi dan militer terbesar di dunia,” jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Alumni Doktor Ilmu Hukum UNPAD dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, pola pembangunan Tiongkok tersebut, yang memiliki rencana pembangunan 5 tahun, 15 tahun, hingga 100 tahun, sebetulnya tidak ubahnya seperti Indonesia di masa kepemimpinan Presiden Soekarno dengan Pola Pembangunan Semesta Berencana, serta Presiden Soeharto dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sayangnya pola tersebut justru dihapuskan pada saat Indonesia memasuki reformasi.
“Akibatnya, kini kita seperti kehilangan arah pembangunan. Karena itu, tidak salah jika kita belajar dari keberhasilan Tiongkok dengan kembali memiliki rencana pembangunan yang terstruktur, sistematis dan masif. Atas dasar itulah MPR RI kini sedang menyiapkan PPHN sebagai bintang/pedoman penunjuk arah pembangunan bangsa,” pungkas Bamsoet.
Turut hadir Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, Wakil Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok sekaligus Wakil Ketua Komite Sentral Partai Zhi Gong Tiongkok Ms. Xu Xiaolan, Wakil Ketua dan Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Zhi Gong Tiongkok Mr. Lu Guoyi, serta Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia H.E. Mr. Lu Kang. Hadir pula Presiden Yayasan Amal Zhifu Charity Foundation Ms. Tang Jiuhong, serta Direktur Kantor Umum Komite Sentral Partai Zhi Gong Tiongkok Mr. Ren Hao.
Penulis: Herdi
Editor: Pahala Simanjuntak