Umat Islam Harus Memahami Keberagaman dan Bekerja Sama dengan Kelompok Manapun

Jakarta, PONTAS.ID – ratusan santri dan santriwati Pondok Pesantren Tahfizhul Quran (PPTQ) Daarul Fath, Pengging, Kecamatan Teras, Boyolali, Jawa Tengah, berkumpul di bawah tenda yang mereka didirikan di halaman pesantren. Mereka berkumpul di sana untuk mengikuti ‘Dirosah Kebangsaan’.

Dirosah Kebangsaan dengan tema ‘Pesantren Sebagai Salah Satu Pilar Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan’ itu sangat istimewa. Dalam kegiatan yang mendapat perhatian dari forum pimpinan daerah Kabupaten Boyolali itu, para santri dan santriwati mendapat pemaparan tentang nilai-nilai kebangsaan dari Wakil Ketua MPR Dr. Hidayat Nur Wahid (HNW) MA., Kasatbimas Polres Boyolali, AKP Maryanto; dan Danramil Teras Kapten Dwi Supriyanto.

HNW mengatakan peserta Dirosah Kebangsaan bukan generasi muda biasa. Mereka adalah generasi muda calon penghafal Al Quran. Sebagai generasi muda yang didik di lembaga pendidikan agama Islam, para santri itu akan menjadi pelanjut, penerus, dan pengganti ulama, kiai, dan ustad yang ada. “Mereka juga akan menjadi generasi penerus bangsa”, ujar pria alumni Pondok Pesantren Gontor itu.

Dalam pemaparan materi, HNW menyampaikan sejarah peran-peran yang telah dilakukan oleh pesantren, ulama, kiai, dan santri, dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa di tengah keberagaman. Tauladan yang diwariskan oleh mereka diharap oleh politisi dari Partai Keadilan Sejahtera itu tetap dirawat, dijaga, dan diteruskan oleh para santri dan santriwati.

Untuk itu ditegaskan oleh HNW agar generasi muda yang menempuh pendidikan di pesantren selain fokus untuk belajar dan menghafal Al Quran, juga mengamalkan ajaran Al Quran tentang menghormati keberagaman ummat manusia. Keberagaman suku, agama, bahasa, dan perbedaan yang lainnya yang ada di Indonesia menurut pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu juga perlu dipahami dan mengerti oleh para santri dan santriwati. “Sebagai ummat Islam kita wajib bekerja sama dengan kelompok manapun”, paparnya. “Kita perlu bekerja sama dalam kebaikan dan kebajikan yang tidak melanggar hukum”, tambahnya.

Keberagaman yang ada dikatakan untuk diharmonisasikan bukan malah dijadikan sarana untuk memecah belah, adu domba, atau saling menegasi. “Para santri dan santriwati pasti menghafal aya-ayat tentang keberagaman”, tuturnya. Ayat-ayat seperti itu disebut harus diamalkan atau diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Dari sinilah, pesantren akan menjadi pilar yang kuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”, ujarnya.

Alumni program magister dan doktor Universitas Madinah, Arab Saudi, itu mengakui keberadaan pondok pesantren di Indonesia dari waktu ke waktu semakin mendapat posisi yang semakin baik dalam dunia pendidikan di Indonesia. Banyak alumni pesantren diterima di berbagai perguruan tinggi favorit di dalam dan di luar negeri. “Saya mendengar alumni PPTQ Daarul Fath ada yang diterima di fakultas kedokteran”, ujarnya.

Pria yang juga pernah nyantri di Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar, Ponorogo, itu mengatakan Sosialisasi Empat Pilar MPR dilakukan dengan berbagai kelompok dan segmen masyarakat. Pondok pesantren yang memiliki peran strategis di masyarakat disebut sering dan banyak dilibatkan dalam sosialisasi. “Sosialisasi yang dilakukan oleh MPR direspon baik oleh pesantren”, tuturnya. Pondok pesantren ingin agar acara seperti itu terus dilanjutkan di sana. “Nah, hari ini kita bekerja sama dengan PPTQ Daarut Fath untuk sosialisasi nilai-nilai kebangsaan”, paparnya. 

Penulis: Luki Herdian

Editor: Pahala Simanjuntak

Previous articleBamsoet Tinjau Produksi Bus Listrik PT INKA
Next articlePandemi Covid-19 Jadi Alarm Pentingnya Kerjasama Hadapi Masalah Global

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here