MPR Dukung Asrama Haji untuk Ruang Isolasi Covid-19

Hidayat Nur Wahid
Hidayat Nur Wahid

Jakarta, PONTAS.ID. – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid,  mengapresiasi langkah taktis Menteri Agama yang bekerja sama dengan Menteri BUMN mempersiapkan asrama-asrama haji di seluruh Indonesia untuk ruang isolasi pasien covid-19.

Hidayat juga berharap agar sinergi dan terobosan solutif seperti ini terus juga dilakukan oleh kementerian-kementerian dan pihak-pihak mana pun juga.

Menurutnya hal itu memang diperlukan mengingat semakin meningkatnya kasus Covid-19, yang bahkan sudah melampaui rekor rata-rata harian, yang menyebabkan tingkat keterisian di Rumah Sakit sudah hampir mencapai batasnya.

Program alih fungsi asrama haji menjadi ruang isolasi juga sudah pernah dijalankan pada awal pandemi tahun 2020 dan dinilai cukup sukses meningkatkan kapasitas penyediaan ruang bagi pasien covid-19.

Hidayat juga mendorong Kementerian Agama agar tetap aktif bekerja sama dengan Kementerian-Kementerian lainnya untuk makin berkontribusi menghadirkan solusi membantu Umat yang terdampak pandemi darurat nasional covid-19.

“Kami apresiasi dan dukung langkah Menag yang membuat terobosan bersama Menteri BUMN dengan memfungsikan asrama-asrama haji untuk tambahan alternatif ruang isolasi pasien covid-19 di 27 asrama haji seluruh Indonesia. Ini akan sangat membantu mengingat Rumah Sakit sudah hampir kewalahan menerima warga terdampak covid-19. Terobosan solutif ini juga penting diikuti dengan langkah-langkah positif Kemenag bekerja sama dengan Kemensos, Satgas covid-19 dan lainnya untuk hadirkan terobosan dan penguatan kontribusi untuk membantu dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan tokoh-tokoh Agama dan pendidikan  di sekolah-sekolah Agama seperti madrasah dll, yang karena covid-19 juga harus memberlakukan sistem belajar secara daring,” disampaikan Hidayat dalam keterangannya, Minggu (27/6/2021).

Anggota Komisi VIII DPR ini menilai, langkah Kemenag tersebut sangat dibutuhkan mengingat tingkat keterisian rumah sakit dan ICU yang sudah hampir mencapai 100% di beberapa wilayah di Indonesia.

Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 per 23 Juni 2021, untuk 6 provinsi di Pulau Jawa, tingkat keterisian tempat tidur atau BOR rata-rata ada di atas 80 persen. Padahal jumlah terpapar bukan semakin menurun, malah semakin membanyak.

“Semoga persiapan untuk fungsikan asrama haji bagi penanganan korban covid-19 segera dirampungkan, termasuk koordinasi dengan BNPB dan Pemda setempat dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan yang diperlukan, agar seluruh asrama haji tersebut bisa segera siap menampung pasien covid-19 yang sudah semakin  membludak, yang sudah tidak lagi bisa ditampung oleh Rumah Sakit,” ujarnya.

Pria akrab disapa HMW ini juga mengingatkan agar Kemenag tetap menghadirkan langkah solutif untuk masalah keumatan lainnya, di antaranya paparan covid-19 pada santri dan tokoh agama serta proses pendidikan daring bagi siswa madrasah yang masih belum optimal.

Ia mendorong agar Kemenag menyediakan program penyuluhan, pendampingan, akses ke Rumah Sakit, termasuk vaksinasi bagi santri, kiai, dan tokoh agama guna meminimalkan paparan covid-19 pada mereka.

Hal ini sangat dimungkinkan mengingat target vaksinasi misalnya masih di angka 700 ribu per hari dari target 1 juta per hari.

Selain itu, untuk mengatasi soal internet dan pulsa yang selama ini sering menyulitkan pembelajaran daring dan membebani Orang tua dan siswa, dirinya meminta Kemenag membuat terobosan di antaranya melalui kerja sama maksimal dengan TVRI dan RRI di tingkat Nasional maupun Lokal untuk penayangan program belajar secara daring.

“Semua ini dimaksudkan agar Kemenag dapat maksimalkan perannya membantu seluruh umat beragama khususnya santri, pelajar di sekolah-sekolah keagamaan, dan tokoh agama-agama yang diakui di Indonesia, agar mereka benar-benar terhindar dari dampak buruk covid-19 serta menepis kekhawatiran terjadinya “loss generation” akibat dampak negatif pembelajaran daring. Berbagai upaya tersebut apabila dilakukan oleh Kemenag bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya, akan menjaga keberlanjutan pengamalan kehidupan beragama yang moderat sebagai salah satu fondasi penting kelanjutan bangsa Indonesia berPancasila dalam bingkai NKRI, sekalipun covid-19 masih menyebar dan membahayakan, dan makin banyak saja korbannya tanpa membedakan latar belakang pendidikan maupun Agama,” pungkasnya.

Penulis: Luki Herdian

Editor: Riana

Previous articleCovid-19 Melonjak, Legislator Minta Munas Kadin di Kendari Ditunda
Next articlePenuhi Target PTSL, Komisi II DPR Apresiasi Kinerja ATR/BPN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here