Jakarta, PONTAS.ID – Kehadiran Ikatan Hafidzah Fatayat Nahdlatul Ulama (IHF NU) dinilai sangat bagus sebagai upaya mensyiarkan dan melestarikan Alquran. Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengapresiasi berdirinya IHF sebagai lembaga baru yang dibentuk oleh PP Fatayat NU.
”Saya mengapresiasi Fatayat NU ini melahirkan badan Ikatan Hafidzah Fatayat NU. Hafidzah itu diambil dari ayat ‘inna nahnu nazzalna adzzikra wanna lahu lahafidhun’. Hafidzah itu menjaga, pelestari, tapi disebut penghafal Alquran,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (5/5/2021).
Dikatakan Gus Jazil–sapaan akrab Jazilul Fawaid–Indonesia sebagai negara mayoritas penduduknya muslim, memiliki jumlah hafid atau hafidzah terbesar di dunia, mencapai sekitar 30.000 orang. Namun, dibandingkan jumlah penduduk yang mencapai sekitar 271 juta jiwa, jumlah penghafal Alquran tergolong masih kecil.
Disisi lain, kata Gus Jazil, separuh lebih atau sekitar 63% penduduk muslim Indonesia ternyata belum bisa membaca Alquran secara baik dan benar.
”Kalau Fatayat NU pasti bisa. Artinya IHF ini kelompok kecil. Kalau yang tergabung di Fatayat ada 300-an yang menjadi hafidzah, itu luar biasa. IHF ini sekadar pakunya agar Alquran lestari, terjaga,” tutur Gus Jazil yang juga Koordinator Nasional Nusantara Mengaji.
Diceritakan Gus Jazil, pada zaman nabi dan sahabat, Alquran tidak dibukukan, namun dihafalkan. Baru ketika banyak para penjaga Alquran terbunuh, kemudian Alquran dibukukan.
”Alquran pada masanya itu dihafal, bukan ditulis. Yang ditulis itu mushaf Alquran pada masa Sahabat Usman, tapi dikumpulkan pada masa Umar Bin Khattab,” katanya.
Menurut Ketua Ikatan Alumni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (Ikaptiq) Jakarta ini, para hafid dan hafizhan adalah orang-orang mulia karena di memori otaknya ada ‘chip’ data alquran. “Ini harus dijaga terus karena susunan otak itu paling rumit,” tuturnya.
Karena itu, Gus Jazil berharap agar Fatayat NU bisa terus menjadi bagian dari penjaga Alquran.
“Ini langkah hebat dan semoga berkah. Mudah-mudahan yang tergabung menjadi benar-benar seperti yang ada dalam mars Fatayat, yakni menjadi harapan bangsa, agama dan keluarga sehingga bisa membina keluarga yang sehat, sholeh dan sholihah,” urainya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini berharap agar para kader Fatayat NU bisa membumikan nilai-nilai Alquran dan mengajarkan pada masyarakat.
Dia juga berharap IHF bisa menjadi organisasi yang terus berkembang hingga ke tingkat wilayah bahkan ranting. Dengan begitu, bisa membuat program yang bisa dinikmati masyarakat.
”Yang paling menjadi tantangan kita, 71 tahun usia Fatayat, menuntut kita mempunyai kompetensi yang tepat dalam menjawab tantangan tersebut. Kita punya IHF, kita juga harus punya alternatif atau inovasi program, misalnya kita punya kelas hafid yang memang sekarang sangat dirindukan masyarakat. Sangat senang kedepan kita berharap IHF punya program yang dinantikan masyarakat lebih luas, seperti Gerakan Satu Hari Satu Jus,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua IHF Chalimatus Sa’diyah mengatakan bahwa IHF merupakan lembaga rintisan yang dibentuk agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat.
”IHF ini perangkat yang dibentuk Fatayat NU di setiap tingkatan untuk pengembangan dan pembelajaran Alquran,” tuturnya.
Dosen Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta ini mengatakan, lembaga ini dibentuk dengan tiga tujuan utama. Pertama, untuk membangun silaturahim yang efektif antar para hafidzah Fatayat NU yang memiliki kiprah dakwah langsung ke masyarakat.
Selain itu, juga agar terwujud jejaring dan kerjasama dengan berbagai pihak yang dapat mendukung peyebaran nilai-nilai Alquran dalam bingkai ajaran Ahlussunnah Annahdliyah.
”Ketiga adalah terwujudnya program yang berkelanjutan dalam mensyiarkan dan menghidupkan nilai-nilai Alquran di tengah masyarakat,” katanya.
Penulis: Luki Herdian
Editor: Hendrik