Jakarta, PONTAS.ID – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) mendukung pengembangan batik dengan menggunakan kompor dan canting elektrik. Proses pembuatan batik dengan cara ini diharapkan bisa memberikan inovasi dan transformasi sehingga batik-batik di Indonesia bisa terus dilestarikan.
Plt Direktur Utama PLN, Sripeni Inten Cahyani, mengungkapkan, batik adalah karya produk yang menjadi ikon negara berskala nasional yang telah diakui dunia, sehingga wajib dikawal perkembangannya. Menurutnya, ada keindahan, keanggunan, dan komitmen untuk bercerita tentang kekayaan budaya Indonesia lewat alur ulasannya.
“Kami menghadirkan suatu trasformasi yaitu mengajak kaum millenial yang budayanya adalah serba instan, dapat tetap turut membatik dengan menggunakan kompor listrik dalam penggunaan dengan cantingnya yang efisiensinya bisa mencapai 63 persen,” kata Sripeni, dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Sementara itu, pemilik Gallery Amandari Batik, Uti Rahardjo, menyebutkan, membatik menggunakan dengan kompor listrik yang sepaket dengan canting listrik (elektrik) sebagai salah satu transformasi yang bisa dilakukan. Apalagi inovasi membatik yang dihadirkan oleh PLN ini bisa membuat lebih efisien.
Dirinya mencontohkan, penggunaan canting elektrik memiliki kelebihan seperti perajin atau pembatik tidak perlu lagi untuk meniup cucuk canting sebelum menggoreskan motif. Alhasil, proses dalam pembuatan pola lebih cepat selesai.
“Artinya, dengan alat yang inovatif tersebut, perajin tidak perlu lagi sibuk untuk mengecek tingkat panasnya, sehingga pengrajin bisa lebih fokus membuat batik. Kalau lebih fokus, harapannya proses pembatikan bisa lebih cepat, dan secara ekonomis lebih naik,” ungkap dia.
Untuk itu, Gallery Amandari Batik bersama PLN menggelar acara bertajuk ‘The Story of Batik: Legacy, Investment, and Diplomacy’ di Gran Mahakam Hotel, Jakarta Selatan. Dalam acara ini kalangan milenial akan ditunjukan transformasi dalam membatik dan membawa batik ke pasar global.
“Batik sudah melekat pada semua kalangan, sebutlah sosialita, pengusaha, pemerhati budaya maupun fashionpreneur dengan jaringan internasional. Untuk itu kami mengundang mereka, yang concern dengan batik, dan fashionpreneur yang konsen dengan batik dan sudah berpengalaman di beberapa negara,” pungkasnya.
Penulis: Ririe
Editor: Riana