Jakarta, PONTAS.ID – Kabupaten Tambrauw di Papua Barat menerapkan segudang strategi untuk menjadi destinasi wisata unggulan dengan mempertimbangkan besarnya potensi pariwisata yang dimiliki.
Dalam beberapa waktu terakhir, Kabupaten Tambrauw memang mulai berbenah diri menjadi destinasi wisata unggulan. Dan sebagai upaya untuk mempromosikan Tambrauw, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pun diundang mengadakan press tour dengan rute Manokwari – Kebar – Miyah – Sausapor – Sorong.
Dalam acara penyambutan rombongan Press Tour Biro Komunikasi Publik Kemenpar, dengan Bupati Tambrauw Gabriel Asem beserta jajarannya di Pantai Sausapor, Papua Barat, Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti menyatakan bahwa Tambrauw merupakan destinasi press tour pertama Kemenpar pada 2019.
“Alasan kami langsung memilih Tambrauw sebagai destinasi pertama karena saya kagum dengan komitmen Bupatinya untuk memajukan pariwisata Tambrauw,” kata Guntur dalam siaran pers Kemenpar, Jumat (8/3/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Guntur juga menjelaskan bahwa sebagian besar pendukung kemajuan sektor pariwisata karena komitmen CEO-nya.
“Bisa dibilang 50% kemajuan pariwisata di daerah dikarenakan komitmen dari CEO-nya. Saya dibuat kagum karena sepanjang 680 km jalan yang dibangun di Kabupaten Tambrauw untuk membuka aksesibiltas merupakan dana APBD,” ujarnya.
Sarana telekomunikasi dan internet di Tambrauw pun diakui Guntur sangat diperlukan untuk menjadikan Tambrauw sebagai destinasi wisata unggulan yang online, dapat eksis dan viral di media sosial.
“Konektivitas diperlukan agar destinasi tidak offline. Masa depan Tambrauw sebagai destinasi pariwisata, salah satunya dengan terbukanya destinasi tambrauw di dunia maya,” tutur dia.
Merespon hal itu, Bupati Tambrauw Gabriel Asem, mengatakan bahwa demi mempercepat pertumbuhan pariwisata Tambrauw, pembangunan infrastruktur memang menjadi prioritas.
“Yang kami lakukan adalah membangun infrastruktur dulu seperti jalan dan jembatan sebagai akses menuju destinasi. Saat ini bandara di Sausapor sudah siap dengan jalan akses menuju bandara selebar 50 meter. Ke depannya, kita akan aspal jalan menuju bandara, lalu menuju Kabupaten pusat pemerintahan yang baru di Fef,” kata Gabriel.
Dia pun menjelaskan aksesibilitas memasuki Tambrauw, dapat melalui dua titik, Manokwari dan Sorong. Wisatawan bisa masuk melalui Manokwari atau Sorong menggunakan direct flight dari Jakarta atau Makassar, kemudian dilanjutkan menggunakan moda transportasi darat, laut, atau udara menuju Tambrauw.
Selama 7 tahun pemerintahan, pihaknya telah menghabiskan dana hingga 10 miliar rupiah untuk mempersiapkan segala hal yang dapat mendukung promosi sektor pariwisata mulai dari infrastruktur, jalan, jembatan, listrik, telekomunikasi, air bersih, hingga pembangunan cottage.
Untuk itu pada 2019, Tambrauw pun mulai mengundang investor untuk berinvestasi seperti Papua Diving dan Gajah Tunggal Group.
Pin Kelestarian Lingkungan
Sebagai sebuah kabupaten, Tambrauw memiliki potensi pariwisata yang besar. Zona pariwisata ini dibagi menjadi dua, Blue Wonder dan Green Wonder.
Blue Wonder merupakan potensi pariwisata yang berada di sekitar pesisir pantai meliputi peninggalan tank perang dunia ke II, habitat burung cendrawasih, pulau dua, serta pantai Jeen Womom yang menjadi habitat terbesar penyu belimbing.
Sementara itu, Green Wonder merupakan potensi pariwisata di sekitar pegunungan yang meliputi Bukit Sontiri dengan fenomena ribuan jaring laba-laba di pagi hari, mata air panas War Aremi, pemandangan matahari terbit di distrik Miyah, panorama air terjun Anenderat, serta pengamatan Cendrawasih dan satwa lainnya.
Dengan kekayaan flora dan fauna tersebut, Tambrauw pun dijadikan sebagai Kabupaten konservasi. Istilah Kabupaten Konservasi sendiri mulai didengungkan oleh Gabriel Asem, saat terpilih menjadi Bupati Tambrauw pada tahun 2011.
Sebagai satu kabupaten hasil pemekaran di daerah ‘Kepala Burung’ Papua, Tambrauw yang luasnya sekitar 1,1 juta hektar, sekitar 80 persennya adalah hutan dengan fungsi lindung dan konservasi. Namun, saat ini Pemda sedang melakukan sinkronisasi dengan Pemerintah pusat mengenai penyediaan ruang untuk pengembangan pariwisata.
“Awalnya pembagian adalah 80 daerah konservasi dan 20 daerah yang bisa dikelola. Tetapi sekarang kita lakukan revisi menjadi 60-40. Jadi, 40 itu adalah ruang yang bisa dikelola, di dalamnya ada pertanian hingga pariwisata,” ujar Gabriel.
Pemberian ruang yang lebih luas untuk diolah ini tidak berarti melupakan pelestarian. Sebagai upaya menjaga pelestarian alam sekaligus sebagai ekowisata baru, Pemerintah Kabupaten Tambrauw meluncurkan Pin Tambrauw untuk pemeliharaan lingkungan kawasan strategis.
Setiap wisatawan yang ingin mengunjungi Tambrauw harus membeli pin tersebut dan dikenakan biaya tarif masuk. Untuk wisatawan domestik dikenai tarif sebesar 200 ribu rupiah, sementara wisatawan asing membayar tarif sebesar 400 ribu rupiah. Pin ini dapat dibeli di bandara Domine Eduard Osok di Sorong, Papua Barat.
Tambrauw menargetkan pariwisatanya siap untuk dipromosikan pada 2019 sehingga dapat mendatangkan lima ribu wisatawan tahun ini. Walaupun belum terdata secara spesifik, namun menurut Gabriel hingga kini Tambrauw menjadi pilihan destinasi wisata bagi para wisatawan mancanegara asal Eropa, seperti Prancis dan Belanda, khususnya para pencinta burung.
Editor: Risman Septian