Era Industri 4.0, Generasi Milenial Ditantang Majukan Pertanian

Indoor Farming, Wujud Pertanian Masa Depan yang Modern, (Foto: Ist).

Jakarta, PONTAS.ID – Dunia pertanian di Indonesia saat ini membutuhkan tenaga anak-anak muda untuk membangun dan mengembangkan pertanian yang potensinya masih begitu luas. Hal ini menjadi kesimpulan inti dari Dialog Tani Nasional dan Syukuran HUT Pemuda Tani ke-32 di Universitas Trilogi.

Rektor Universitas Trilogi, Prof Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan, bahwa generasi millenial sekarang sudah masuk ke dalam revolusi industri 4.0. Sementara di pertanian konsepnya adalah smart farming. “Jadi pertanian sekarang sudah bisa direkayasa menggunakan teknologi,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Selasa, (11/12/2018)

Dalam konteks itu juga dia menyarankan kepada para Millenial bahwa dunia pertanian membutuhkan tenaga mereka. Dan generasi millenials harus selalu siap dan menyiapkan diri atas perubahan tersebut apalagi dalam dunia pertanian.

“Indonesia membutuhkan pertanian dan petani. Sayangnya minat generasi muda untuk menjadi seorang petani maupun bersinggungan dengan pertanian itu masih minim, karena stigma petani masih dianggap sebagai pekerjaan orang miskin, pekerjaan orang rendah dan pekerjaan orang yang tidak sekolah. Maka dari itu kita mesti mengambil peran di dunia pertanian untuk memajukannya,” bebernya.

Dialog tani menghadirkan 3 narasumber yaitu Adi Pramudya selaku pengusaha pertanian, Arman selaku Kepala Program Studi Agribisnis Universitas Trilogi dan Iskandar selaku Humas Otoritas Jasa Keuangan. Dialog dipandu oleh Suroyo selaku Ketua Harian Pemuda Tani Indonesia.

Adi Pramudya banyak menceritakan bagaimana perjalanan usahanya yang jatuh bangun dimulai dari jualan pisang cokelat, sales deterjen. Hingga akhirnya tertarik dalam dunia pertanian dan menggeluti bisnis pertanian rempah. “Hal inilah yang harus menjadi pembelajaran generasi sekarang dalam berwirausaha terutama bidang pertanian”.

Tantangan sekarang adalah minimnya generasi muda yang terjun di dunia pertanian, solusinya adalah “kita harus turun menggeluti dunia pertanian dimulai semenjak menjadi mahasiswa pertanian, bukan ketika setelah lulus, karena ketika lulus tuntutan-tuntutan lain akan lebih banyak” tutur Arman.

Editor: Idul HM

Previous articleHampir Tak Ada aduan, Komisi I Apresiasi KIP
Next articleSeleksi Tilawatil Quran XXV, Jakarta Utara Kirim 19 Kafilah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here