Indonesia-Tunisia Dorong Penurunan Tarif Perdagangan Bilateral

Jakarta, PONTAS.ID – Indonesia-Tunisia kembali melanjutkan pembahasan penurunan tarif dalam mendorong perdagangan bilateral. Hal ini dibahas dalam perundingan putaran kedua Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) di Hotel Borobudur, Jakarta.

Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari perundingan putaran pertama yang telah dilaksanakan di Tunis, Tunisia pada 25-26 Juni 2018 silam.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Perundingan Bilateral selaku Ketua Tim Perunding IT-PTA, Ni Made Ayu Marthini. Sedangkan delegasi Tunisia dipimpin oleh Director of Cooperation with Arab and Asian Countries, Ministry of Commerce Chedli May.

Pada pertemuan ini, Indonesia dan Tunisia berhasil menyepakati seluruh pasal draft text PTA. Selanjutnya kedua pihak fokus pada pembahasan akses pasar (request list dan draft text Rules of Origin).

Menurut Made, delegasi kedua negara menunjukkan semangat yang sama untuk menyelesaikan perundingan karena akan mendorong pelaku usaha kedua lnegara meningkatkan perdagangan

“Pada putaran perundingan yang kedua ini, Indonesia dan Tunisia berhasil menyepakati dan memfinalisasi draft text PTA,” kata Made dalam siaran pers Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang diterima wartawan di Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Selain draft text PTA, delegasi Indonesia dan Tunisia juga membahas draft Rules of Origin atau ketentuan asal barang. Selanjutnya, kedua delegasi akan melakukan pertukaran data tarif serta daftar produk-produk unggulan yang akan diusulkan untuk penurunan tarif (request list). Diharapkan perundingan PTA dapat diselesaikan pada akhir tahun 2018.

“Setelah perundingan putaran ke-2 ini, kedua pihak akan terus berkomunikasi dan melakukan pertukaran data perdagangan, data tarif, serta draft ROO sebelum perundingan putaran ke-3. Hal ini diperlukan agar perundingan PTA dapat diselesaikan pada putaran ke-3 yang akan dilaksanakan pada bulan November/Desember 2018 nanti,” terang Made.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita memimpin kunjungan misi dagang ke Tunisia sekaligus meluncurkan secara resmi dimulainya perundingan Indonesia-Tunisia PTA pada 25 Juni 2018 lalu.

Hal ini dikarenakan Tunisia merupakan salah satu pasar nontradisional potensial di kawasan Afrika bagian utara. Dari hasil kunjungan tersebut terbuka peluang ekspor produk-produk unggulan Indonesia ke Tunisia seperti tuna, rempah-rempah, kopi, aksesori kamar mandi, dekorasi rumah, dan perhiasan.

Total perdagangan kedua negara pada tahun 2017 sebesar 88 juta dolar AS. Nilai tersebut terdiri dari ekspor Indonesia sebesar 55 juta dolar AS, dan impor sebesar 32,7 juta dolar AS, sehingga Indonesia surplus sebesar USD 22,4 Juta.

Komoditas ekspor Indonesia ke Tunisia pada tahun 2017 adalah minyak kelapa, biji palem, benang, oxygen-function amino-compounds, dan benang filamen sintetik.

Sementara itu, impor utama Indonesia dari Tunisia pada tahun 2017 adalah kurma, fosfonat, peralatan listrik, kawat berisolasi dan kabel, serta aluminium tanpa tempa.

Editor: Risman Septian

Previous articlePenyertipikatan Tanah di Banten Ditargetkan Rampung Tahun 2023
Next articleReforma Agraria Kurangi Ketimpangan Penguasaan dan Pemilikan Tanah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here