Jakarta, PONTAS.ID – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai, pemerintah harus belajar dari kasus Newmont Nusa Tenggara, saham pemerintah akhirnya ludes diambil alih oleh swasta. dan dikabarkan sekarang dibiayai oleh perusahaan dari China.
“Harus transparan dari awal, uang siapa yang dipakai untuk akuisisi. Jangan-jangan pemerintah melalui Inalum itu pinjam saham kepada pihak-pihak yang akan diakuisi juga.” sebut Fahri, Senin (16/7/2018).
Fahri menyampaikan ini, menanggapi pernyataan Presiden Jokowi yang menyampaikan kalau Freeport McMoran akhirnya sepakat dengan Pemerintah Indonesia terkait perubahan komposisi kepemilikan sama.
Freeport menyetujui divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI) sebesar 51 persen, dengan begitu Indonesia bakal menjadi pemilik saham mayoritas sebesar 51 persen di PT FI.
Presiden Jokowi mengatakan, selama 50 tahun lebih Freeport mengelola tambang di Papua, pemerintah Indonesia hanya memiliki saham 9,36 persen.
“Melalui negosiasi yang alot, holding tambang kita, Inalum sepakat dengan Freeport untuk meningkatkan kepemilikan kita menjadi 51,2 persen,” demikian status di akun twitter Jokowi.
Melanjutkan pernyataanya, Fahri menjelaskan pada dasarnya akuisisi itu tidak terjadi, hanya meminjam nama pemerintah namun meminjam uang dari pemilik lama.
“Ini kan sama saja membohongi rakyat. Karena itu daripada dituduh berbohong, pemerintah baiknya transparan dan terbuka saja. Bagaimana prosesnya, siapa yang terlibat dan bagaimana struktur pinjam meminjam diantara pihak yang bertransaksi, harus dibuka kepada publik. Stop bohongi rakyat.” sindir politisi PKS ini.