Manila, PONTAS.ID – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyebut genosida tengah berlangsung terhadap etnis minoritas muslim Rohingya di Myanmar. Duterte juga menyatakan kesediaannya untuk menerima pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari genosida.
Dalam pidato terbarunya, seperti dilansir Reuters, Jumat (6/4/2018), Duterte juga menyerukan kepada negara-negara Eropa untuk ikut membantu dengan menampung para pengungsi Rohingya. Lebih dari 700 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh sejak Agustus 2017.
Isu Rohingya dibahas Duterte saat berpidato soal berbagai isu terkini di Istana Kepresidenan Filipina pada Kamis (5/4) waktu setempat. Berbicara di hadapan para petani dan pejabat pertanian, Duterte membahas banyak isu termasuk penarikan diri dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang menyelidiki kebijakan memerangi narkoba yang digaungkan Duterte.
Di tengah pidato, Duterte menyampaikan simpatinya untuk Rohingya dan menawarkan bantuan. Komentar Duterte ini berpotensi memancing kemarahan otoritas Myanmar.
“Saya sungguh kasihan pada orang-orang di sana (Myanmar-red). Saya bersedia menerima para pengungsi. Orang-orang Rohingya, iya. Saya akan membantu, tapi kita seharusnya membagi mereka dengan Eropa,” ucap Duterte dalam pidatonya.
Duterte juga membahas soal ketidakmampuan komunitas internasional untuk menyelesaikan persoalan di Myanmar. “Mereka bahkan tidak bisa menyelesaikan (masalah) Rohingya. Itulah yang disebut sebagai genosida, jika saya bisa mengatakan demikian,” imbuhnya.
Pemerintah Myanmar berulang kali membantah tudingan terjadinya genosida di wilayahnya. Secara terpisah, juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, mengomentari pernyataan Duterte itu dengan menyebutnya tidak mencerminkan situasi sesungguhnya di Myanmar.
“Dia tidak tahu apa-apa soal Myanmar. Perilaku orang itu adalah biasa berbicara tanpa mengendalikan diri. Itulah mengapa dia mengatakan itu,” ucap Zaw Htay merujuk pada Duterte.
Pidato Duterte itu disiarkan secara langsung oleh televisi Filipina dan kemudian transkrip pidatonya dirilis oleh kantor kepresidenan Filipina. Dalam pidatonya, Duterte tidak menyebut langsung nama pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, namun hanya menyebut: “Wanita itu, dia teman saya.”
Komentar keras dari seorang pemimpin negara Asia Tenggara terhadap Myanmar tergolong jarang. Baik Filipina maupun Myanmar merupakan anggota Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) yang sejak lama memegang teguh konvensi menahan kritikan terhadap sesama anggota.