Jakarta, PONTAS.ID – Anggota DPR Firman Soebagyo mengingatkan kepada segenap bangsa untuk mencontoh sosok Pemilik Taman Wisata Matahari (TWM), Hari Darmawan yang dianggap sangat tekun dan cakap sebagai pengusaha.
Hal ini dikatakan Firman terkait sepak terjang kehidupan Hari Darmawan sebagai pengusaha sejati.
“Saya pernah melihat rekaman video perjalanan hidup dan karier beliau (Hari Darmawan) hendaknya semua kalangan di Indonesia bisa menjadikannya sebagai contoh untuk pengusaha Indonesia, karena dengan nilai-nilai idialisme seperti dia ini yang harus kita tumbuh kembangkan sebagai bangsa yang penuh dengan keanekaragaman dan kebhinekaan,” kata Firman mengenang sosok pengusaha Hari Darmawan, Sabtu (10/3/2018).
Meskipun bukan terlahir dari pribumi asli, tapi tekad dan semangat Hari Darmawan patut ditiru. Sebab, dimasa saat masih ada beliau tidak pernah mengkotomikan individu per individu dan hal itu sudah sesuai dengan garis pandang hidup dari Founding Father bangsa.
“Yang penting siapa dapat berbuat untuk bangsa ini harus kita hormati dan kita hargai dan kita dapat bersatu melawan pihak asing yang akan menguasai potensi ekonomi susah dibangun putra putri terbaik. Dan sebagai anak bangsa khususnya seorang legislator selalu menekankan kepada teman sesama untuk meniru cara kerja hidup Hari Darmawan,” tegas Firman yang juga Politikus Partai Golkar ini.
Sekedar informasi, sosok Hari Darmawan yang tak lain pendiri dari Matahari Departement Store dikenal sebagai salah satu perusahaan ritel dengan jaringan yang tersebar di seluruh tanah.
Dikutip dari berbagai sumber, saat ini Matahari Department Store berada dibawah naungan Lippo Group milik James Riady. Namun sebelum diakuisisi oleh Lippo Group, Matahari Department Store dimiliki oleh Hari Darmawan.
Hari Darmawan lahir pada tanggal 27 Mei 1940 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Hari Darmawan tumbuh di tengah keluarga besar. Ayahnya bernama Tan A Siong yang dikenal sebagai pengusaha keturunan Tionghoa di Makassar yang banyak berkecimpung dalam usaha produk pertanian.
Saat Hari Darmawan berusia lima tahun, ia sudah melihat usaha keluarganya bangkrut.
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, dia merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dia bertemu dan menikahi putri dari pemilik ‘Mickey Mouse’, sebuah toko serba ada berukuran kecil di Pasar Baru, yang pada saat itu merupakan sebuah distrik perbelanjaan terkenal di Jakarta.
Ayah mertua Hari Darmawan kemudian menjual toko serba ada tersebut kepadanya. Di bawah pengelolaannya, toko berkembang pesat.
Pada tahun 1968, dia membeli toko serba ada terbesar di Pasar Baru waktu itu yang bernama “Toko De Zon” (dari bahasa Belanda yang berarti The Sun atau Matahari dalam bahasa Indonesia).
Hari pun mengganti namanya menjadi ‘Matahari’ dan gerai pertama dibuka pada tanggal 24 Oktober 1958 yang menempati gedung dua lantai seluas 150 meter persegi di Pasar Baru, Jakarta.
Pada tahun 1980-an, ‘Matahari’ membuka cabang-cabangnya di hampir semua kota besar di Indonesia dan toko tersebut terkenal sebagai toko jaringan ritel terbesar di Indonesia.
Pengusaha itu pun pernah terpilih sebagai Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Semasa krisis moneter tahun 1997, bisnis Darmawan terkena dampaknya dan menanggung kerugian besar. Akhirnya, bisnisnya dibeli oleh Lippo Group.
Dia sendiri kemudian mendirikan perusahaan baru bernama “Pasar Swalayan Hari-Hari”.
Sebelumnya diberitakan, Pengusaha Hari Darmawan diduga terjatuh ke sungai saat akan melihat villanya yang tak jauh dari objek wisata TWM Puncak, Jumat (9/3/2018) malam.
Ia ditemukan meninggal dunia di aliran Sungai Ciliwung, tak jauh dari lokasi objek wisata Taman Wisata Matahari, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3/2018).