Jakarta, PONTAS.ID – Anggota Komisi III DPR Arteria Dahlan menyatakan ā€ˇwajah Indonesia yang religius, berkebudayaan dengan penuh keberadaban, tercoreng sudah akibat video mesum dua anak laki-laki dibawah umur dengan wanita dewasa beredar di jagad dunia maya belum lama ini.
“Terkesan tidak ada nilai etika dan moral bangsa, apalagi kejadian ini berlangsung ditengah giatnya upaya pemerintah dalam program revolusi mental,” kata Arteria Dahlan, Jakarta, Kamis, (11/1/18).
Menurutnya, peristiwa ini tidak bisa dipandang sederhana. Pasalnya, dari dulu Indonesia belum tuntas dalam merekonstruksi pornografi, pornoaksi untuk menjabarkannya dalam materi muatan norma perundang-undangan sebagai buat politik hukum negara.
“Dulu kan sibuk berpolemik dengan berbagai teori demokrasi dan HAM, sehingga kita lupa isu-isu strategis yang harus di highlight. Sehingga saat ini masalah ini menjadi persoalan yang komplex, rumit dan selalu menjadi polemik dalam penegakan hukumnya,” jelasnya.
Politisi PDIP ini mengakui peristiwa ini tragedi kemanusian. Pasalnya, Indonesia tidak hanya memiliki tatanan ketatanegaraan, melainkan penuh dengan balutan etika, moral dan sistem nilai yang tidak tertulis akan tetapi sudah terlembaga.
“Kejadian video porno yang dilakukan oleh orang dewasa, memang pernah terjadi, akan tetapi lebih dikarenakan bukan kehendak pelaku. Itu saja sudah membuat heboh dan sempat mendistorsi sistem nilai kita. Apalagi video mesum antara perempuan dan 2 anak di bawah umur,” sesalnya.
Lebih lanjut mantan advokat ini menilai kasus ini tidak dapat dianggap sebagai kejahatan pornografi dan pornoaksi yang sama. Derajat kejahatannya jauh lebih tinggi. Apalagi ada juru kamera/foto bahwa terkesan pelaku secara sadar berniat untuk melakukan perbuatan tersebut, dimana salah satu obyeknya 2 anak di bawah umur.
“Dimana lagi muka ke Iindonesiaan kita, tidak hanya sebagai orang timur dengan balutan sistem moral yang luar biasa hebatnya sebagaimana dikenal oleh bangsa lain seperti dahulu kala?”
Sebab itu, Arteria meminta tim Cyber Mabes Polri bekerja cepat tuntaskan kasus ini. “Ini bukan hal yang sulit. Saya minta hukuman yang seberat-beratnya bagi pelaku perempuan dewasa maupun juru kamera. Kalau perlu dihukum mati saja,” tegasnya.
Sementara untuk dua anak dibawah umur, Arteria meminta kepada Kementerian Sosial (Kemensos) untuk segera menangani anak yang terkena dampak sosial tersebut. Dia juga mengharapkan peristiwa ini menjadi yang terakhir dan negara harus hadir. Pasalnya, peristiwa-peristiwa selama ini beserta perkara turunannya terjadi karena tidak pernah mau serius di dalam memperhatikan perlindungan terhadap hak-hak perempuan dan anak.
“Benar saat ini telah hadir kementrian dan lembaga terkait, tapi keberpihakan dalam politik anggaran tidak tercermin sebagai bentuk keseriusan,” pungkasnya.