Jakarta, PONTAS.ID – Ketua KWI Ignatius Suharyo tegas menolak keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) ini sejalan dengan sikap Paus Fransiskus.
“Sikap kami jelas, tidak sepakat dengan sikap Donald Trump, dan ini merupakan sikap terpusat seperti yang disampaikan Paus di Vatikan secara eksplisit,” kata Ignatius di Gereja Katedral, Jakarta, Senin (25/12/2017) lalu.
Ignatius menegaskan, bahwa permasalahan Israel dan Palestina bukanlah tentang agama melainkan kemanusiaan. Penolakan KWI ini kata dia juga dilakukan organisasi atau perkumpulan agama lainnya.
Dia mendesak agar permasalahan Yerusalem tersebut diselesaikan secara diplomasi oleh kedua negara, sedangkan negara lain hanyalah memfasilitasi kedua negara tersebut.
“Fasilitator yang kami maksud adalah memastikan bahwa negosiasi tersebut berjalan maju atau memiliki peningkatan solusi, ” kata dia.
Penjaga Tempat Suci
Sebelumnya, Paus Fransiskus dengan Raja Yordania Abdullah telah membahas keputusan Donald Trump terkait status Yerusalem, keduanya sepakat bahwa hal itu berbahaya bagi perdamaian di Timur Tengah.
Raja Abdullah dan Paus berbicara secara pribadi selama sekitar 20 menit mengawali lawatan raja itu ke Vatikan dan Prancis.
Pernyataan Vatikan menyebutkan mereka membahas usaha memajukan perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, “Dengan merujuk khusus ke masalah Yerusalem dan peran Raja Yordania sebagai pemelihara tempat suci,” kata sumber Vatikan ketika itu.
Sebab, Raja Abdullah berasal dari Wangsa Hasyim, pemelihara tempat suci Muslim di Yerusalem, membuat peka terhadap setiap perubahan kedudukan kota yang disengketakan tersebut.
Di antara kritik internasional, Yordania juga menolak keputusan AS tersebut, dengan menyerukannya secara hukum “tak berlaku” karena keputusan itu mendukung pendudukan Israel atas sektor bagian timur kota itu.
Editor: Hendrik JS